AI2SiO4(F,OH)2....
Ini pastilah  sebuah rumus kimia. Namun belum tentu semua orang yang termasuk tak goblok-goblok amat pada mata pelajaran Kimia di sekolah menengah, dapat mengerti makhluk apa yang terdefinisi oleh rumus kimia tersebut.
Waktu masih belajar di kelas 1 sebuah SMA, guru kimia terkadang kebingungan sendiri akan pertanyaan rumusan kimia yang diajukannya sendiri. Ketika murid kebingungan maju menjawab rumusan kimia di papan tulis, #eh guru kimia ikut kebingungan juga mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. Hehehe.....
AI2SiO4(F,OH)2 yang dikenal dengan "aluminium silicate fluoride hydroxide"), ternyata merupakan rumus kimia dari yang namanya batu topaz. Batu mulia ini ternyata harus mengalami sebuah proses yang menyakitkan terlebih dahulu, sebelum keindahannya dapat menggetarkan hati yang memandanginya. Masa sih?
Bangunan kokoh PRSG-GAS ini, konon akan dapat bertahan menghadapi gempa bumi berskala sangat tinggi sekalipun. Reaktor Nuklir yang dibangun dalam pengawasan Interatom GmbH Jerman sejak 1983 dan dapat beroperasi secara penuh pada 20 Agustus 1987, memiliki diameter ketebalan dinding sepanjang 1,5 meter. Sejak Maret 1992 daya penuh operasionalnya telah mencapai 30 MW.
Rombongan terbagi dalam tiga kelompok saat memasuki instalasi dengan skala keamanan tinggi. Kelompokku didampingi oleh Hari Prijanto, yang merupakan anggota Tim Perawatan PRSG-GAS. Hari Prijanto yang alumnus Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan menjelaskan bahwa dalam operasional reaktor nuklir saat ini hanya menggunakan kapasitas 15 MW untuk efisiensi.
Kegiatan utamanya hanya untuk digunakan sebagai reaktor riset seperti pengujian ramp daya, silikon dopping, neutron radiography, neutron activation analysis, neutron spectrometer & diffractometer, produksi radioisotop, serta pewarnaan batu topaz. Reaktor riset ini hanya memakai pengayakan uranium sebesar 10 kilogram saja. Ini berbeda dengan reaktor nuklir di berbagai belahan dunia yang berkapasitas ribuan kilogram dan untuk berbagai macam kegiatan yang sangat kompleks.
Ketika tiba di kolam reaktor, yang ternyata di dalamnya terdapat batu-batu topaz. Hari mengatakan bahwa batu mulia tersebut milik perusahaan Guenter meelis. Perusahaan permata asal Jerman tersebut mempercayakan kepada BATAN dan menitipkan batu topaz untuk diberi paparan radiasi. Istilahnya sih di-iradiasi, untuk mendapatkan warna yang indah dari aselinya batu topaz yang masih berwarna putih. Ini tak lain untuk meningkatkan nilai ekonomis, dimana warna biru topaz sangat jarang ditemui di alam.
Proses iradiasi batu topaz di luar teras (out-core) akan memakan waktu hingga 8 hari. Sementara iradiasi di dalam teras reaktor (in-core) umumnya akan memakan waktu sekitar 7 jam, dengan batas maksimalnya adalah 10 jam. Kemudian batu topaz yang teraktivasi akan disimpan dalam kolam penyimpanan bahan bakar bekas, hingga meluruh radioaktifnya dibawah 70 Bq per gram.
Dengan tembakan neutron cepat dan lambat, kotoran dalam batu topaz akan turut teraktivasi menjadi isotop maupun unsur baru yang seringkali bersifat radioaktif. Dibutuhkan proses penyimpanan di peti selama berbulan-bulan hingga bahkan bertahun-tahun setelah lima hari dikeluarkan dari reaktor. Ini untuk memastikan tak ada lagi radionuklida dalam batu topaz.