Ingat Bis Kota, kok ingatnya Achmad Albar ya...
Iya, karena situasi masa itu persis seperti yang dinyanyikannya dalam lirik lagu 'Bis Kota'. Para calon penumpang harus berlari mengejar bus kota. Ketika sudah berhasil dikejar, tetap saja masih harus terus berdiri. Begitupula angkutan kereta api lokal dan rel listrik, penumpang harua terus berlari berebutan tempat duduk di kursi maupun atap. Â Itulah potret moda transportasi era 'People Zaman Old'.
Kini di era 'People Zaman Now', apapun moda transportasinya tetaplah harus banyak aktif bergerak. Meskipun fasilitas moda transportasi bus Transjakarta dan KRL Jabodetabek kini telah lebih baik, namun dipastikan calon penumpang akan tetap memerlukan daya tahan fisik yang kuat ketika menaikinya (saat mengantri, memperebutkan kursi, transit antar jalur dan koridor, maupun berpindah antar moda).Â
Bagi yang memiliki kendaraan pribadi, dijamin akan ada kecenderungan mengalami pegal ketika berkendara. Saat menyetir mobil tentu kepegalan akan terasa ketika mengalami kondisi kemacetan jalan raya terutama di kota-kota besar. Bagi yang naik sepeda motor, baik sebagai pengendara maupun penumpang tentu akan lebih sering mengalami kepegalan. Sangat dibutuhkan kesigapan tubuh yang ekstra, meskipun sepeda motor mampu menembus kemacetan. Begitu pula bagi yang kini menggunakan sepeda untuk aktivitas harian pulang pergi ke tempat kerja. Â Â
Ada banyak model pelarian bagi orang-orang yang ingin melepaskan kepenatan kompetisi hidup. Ternyata, karyawan dari Grup Kompas Gramedia memiliki wadah 'pelarian' dalam bentuk komunitas berlari. Namanya KG-Pelarian, yang dibentuk sebagai komunitas yang memiliki hobi dan passion olahraga lari.
Kebetulan saat ini sedang mempersiapkan anggotanya yang ingin mengikuti lari marathon akbar dalam waktu dekat. Selain Mandiri Jakarta Marathon, tentu saja Bank Jateng Borobudur Marathon (BJBM) 2017. Perhelatan BJBM 2017 bertajuk Reborn Harmony yang penyelenggaraannya merupakan kolaborasi antara Bank Jateng dan Kompas ini, akan melintasi pedesaan di sekitar Candi Borobudur Jawa Tengah.
Rahmat Rukmantara menyatakan bahwa olahraga lari sangatlah penting bagi kesehatan. Lari merupakan salah satu cara untuk aktif bergerak, untuk menjaga kesinambungan produktivitas hidup. Bukan pertambahan usia yang dapat membahayakan hidup, namun saat ketika telah mengurang gerak . Gerak itu sama dengan produktivitas. Hal ini dapat mengacu pada realita, bahwa manusia tercipta dengan motor penggerak berasal dari 60% bobot tubuhnya.
Namun kita harus memperhatikan metoda berlari yang baik dan benar. Ketika melalukan latihan lari, haruslah terukur dan juga gaya belari menyesuaikan ukuran bentuk tubuh. Hal ini untuk meminimalkan cedera yang mungkin akan datang. Cedera tandon achilles akan cenderung menerpa kaum adam yang tergolong agresif dalam melakukan gerakan. Sedangkan cedera lutut akan cenderung menerpa kaum hawa. Disarankan untuk dapat memulai aktivitas dengan berjalan kaki dibandingkan berlari, terutama bagi yang memiliki kelebihan berat badan.
Bagi yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti olahraga lari terutama marathon, maka harus memperhatikan kekuatan otot. Ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu muscural endurance & aerobic threshold velocity. Maka tahapan lari dapat dimulai dari jarak pendek terlebih dahulu, untuk kemudian ditingkatkan dalam membangun endurance. Selain harus memperhatikan asupan gizi sesuai kaidah, kita juga harus dapat tepat melakukan masa recovery sebagai bagian manajemen stres. Â