Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inspirasi Perjalanan Memotret Keindahan Negeri Sendiri

31 Agustus 2017   17:37 Diperbarui: 31 Agustus 2017   17:49 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Foto SandyWijaya [Foto:JepretPotret]

Keindahan alam dan keramahan bangsa Indonesia telah lama dikenal oleh dunia. Namun masih saja banyak anak negeri yang lebih mengagungkan kehebatan negeri seberang. Lalu bagaimana membuat kreasi foto dan karya tulis yang inspiratif dari sebuah perjalanan penuh inspirasi?

Menurut Sandy Wijaya (TravelPhotographer) yang telah mengelilingi lebih dari 59 negara ini, masyarakat lokal di tanah air sangat senang ngopi & ngerumpi. Maka kita dapat terbantu untuk melakukan ice-breaking, untuk mengenalkan diri dan mendapatkan kepercayaan untuk dapat diterima dengan baik dalam lingkungan mereka.

Seorang travelphotographer harus harus terlebih dahulu melakukan pengamatan (observasi / riset) lebih dalam terlebih dahulu, terutama melalui internet sebagai salah satu sumber utama. Ada begitu banyak bahasa, cerita rakyat, adat istiadat, keyakinan. Semua itu bersifat abstrak dan dibutuhkan perspektif seorang fotografer dalam membangun "Jiwa" dalam sebuah karya foto. 'Spirit of place' merupakan sebuah esensi dari karya foto perjalanan yang berhasil.

Karya Foto SandyWijaya [Foto:JepretPotret]
Karya Foto SandyWijaya [Foto:JepretPotret]
Karya Foto SandyWijaya [Foto:JepretPotret]
Karya Foto SandyWijaya [Foto:JepretPotret]
Fotografi perjalanan (travel photography) didefinisikan oleh Photographic Society of America (PSA) sebagai karya foto yang mampu mengekspresikan perasaan waktu & tempat tertentu tanpa batasan geografis. Fotografi perjalanan akan melibatkan dokumentasi mengenai lingkungan, manusia, budaya, adat istiadat dan sejarah.

Artikel feature sering diartikan sebagai tulisan khas media massa, berbentuk non-fiksi dengan mengedepankan karakter dan sisi humanis yang kuat. M. Arief Rachman (TravelBlogger) menyatakan bahwa feature itu didapat dari hasil peliputan, yang segala informasinya diharapkan akan mendidik, menghibur, serta menggugah empati pembaca.

Feature akan memiliki perbedaan dengan berita dan artikel. Berita akan mengedepankan fakta dan daya aktual tanpa disertai opini apapun. Sementara artikel berdasarkan data & fakta (belum tentu peristiwa faktual), yang disertai analisis dan opini dari penulis. Karakter dari tulisan feature adalah kreatif, ringan dibaca, informatif, menghibur dan penyampaian kata-kata yang ditulis sangat subyektif. Ada berbagai jenis tulisan feature, antara lain berita, tips, biografi, sejarah, alam & seisinya, politik sosial & budaya, serta catatan sebuah perjalanan. Namun tidak akan berfokus pada segi permasalahannya, tapi akan menekankan sisi manusia, hewan, tumbuhan maupun alamnya.

Foto: JepretPotret
Foto: JepretPotret
Dalam penulisan feature dibutuhkan alur yang variatif, sudut pandang orang ketiga, adanya tambahan dialog. Struktur penulisan feature adalah adanya judul, pendahuluan (paragraf pembuka) yang berisi deskripsi, kutipan dan pertanyaan, kemudian isi feature, dan terakhir penutup yang berisikan kesimpulan, akhir yang berujung bahagia (happy ending) dan sebuah pertanyaan.

Selain sesi berbagi pengalaman dari perjalanan inspiratif kedua pecinta travelling ini, turut pula hadir Yulian Warman (Head of Public Relation PT Astra International Tbk), Arietta Adrianti (Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Rusli), Henry C Widjaja (Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra), membagikan pengalaman inspirasi perjalanan 60 tahun Astra.

Perjalanan 60 Tahun Astra, menurut Yulian Warman, kini telah menjadi pohon rindang nan lebat bagi lebih dari 210 ribu karyawan & 200 anak usaha dalam tujuh lini bisnis, serta ventura bersama & perusahaan asosiasi, sembilan yayasan. Filosofi Catur Dharma Astra, menjadi landasan dalam sejahtera bersama bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada para pemangku kepentingan.

Ada empat pilar tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yaitu Astra untuk Indonesia Cerdas, Astra untuk Indonesia Kreatif, Astra untuk Indonesia Hijau, dan Astra untuk Indonesia Sehat. Kontribusi ini akan memperbaiki kualitas kehidupan komunitas sekitar Instalasi Astra, seperti pendidika, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta upaya pelestarian lingkungan. Dimanapun instalasi Astra berada, harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitarnya. Ini sejalan dengan butir pertama Catur Dharma Astra, yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa & Negara.

Arietta Adrianti mengatakan bahwa Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Rusli (YPA-MDR) telah berperan aktif dalam membantu pembinaan sekolah di daerah  pra-sejahtera. Hal ini menyasar wilayah yang nilai indeks pembangunan manusia (IPM) dikategorikan masih rendah. YPA-MDR turut pula membangun kompetensi sumber daya manusia seperti murid, guru, kepala sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.
Ada empat pilar pembinaan yaitu pilar akademik, karakter, kecakapan hidup, serta seni budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun