Mohon tunggu...
Jepfruit Alpanchi
Jepfruit Alpanchi Mohon Tunggu... -

Menemukan masalah tanpa mencari-cari masalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dengan Presiden Baru Nanti Indonesia Akan Lebih Baik

21 Januari 2014   21:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa alasan kalau kita bersikap optimis seperti judul di atas? Mengapa itu bisa terjadi? Ya, diperkirakan Indonesia akan lebih baik kondisi kehidupannya dengan satu syaratsaja, yaitu kita sebagai rakyat memberikan kesempatan Presiden yang baru nanti untuk bekerja tanpa direcoki. Siapa pun Presidennya yang terpilih!

Calon-calon presiden yang namanya kini beredar telah memiliki sikap dan karakter yang dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik daripada sekarang. Sebut saja menurut hasil kebanyakan survei: Jokowi, Prabowo, Wiranto, ARB, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Megawati, M. Hatta, dan lainnya. Asal rakyat dan tokoh-tokoh yang beroposisi dengannya jangan merecoki presiden baru itu.

Siapa pun yang akan menjadi presiden kita nanti, kinerjanya akan lebih baik daripada sekarang apabila rakyat dan oposisi yang sebelumnya berseberangan dengan presiden baru nanti memiliki sikap dan perilaku di bawah ini. Dukungan ini diberikan setidaknya selama 2 tahun pertama masa jabatannya.

Syarat-syarat agar Presiden baru bekerja dengan baik

Pertama, dengan legowo mau mendukung program kerja presiden baru. Biarpun, calon pilihan kita masing-masing bukan dia, tetaplah bersikap ikhlas. Yang tadinya kita tidak suka bahkan membenci presiden baru itu, setelah ia terpilih menjadi presiden, kita mesti menerimanya.

Kita harus berani membuang sikap benci dan tidak suka kepadanya, diganti dengan sikap mendukung presiden baru tersebut. Karena, realistis saja, kita tidak bisa mengganti presiden terpilih itu dengan orang yang kita gadang-gadang sebelumnya seketika itu juga. Jangan menyimpan dendam kesumat terhadap presiden baru. Biarkan dia leluasa mengentaskan bangsa ini yang sudah terlalu lama terpuruk akibat ulah dari sebagian anak bangsa sendiri.

Bila presiden baru itu melakukan tindakan yang menurut kita salah, jangan buru-buru mengkritiknya dengan cara-cara yang kita lakukan selama ini. Berilah dia kritik yang santun dengan menunjukkan hal-hal yang sekiranya kita anggap keliru. Berilah dia usulan solusi yang bijak tanpa memaksanya untuk mengikuti jalan pikiran dan cara kita.

Lihatlah, cara-cara kita mengkritik pemimpin kita selama ini. Begitu gampangnya kita antipati kepada pemimpin kita. Memang kita mungkin telah terlalu banyak dibuat jengkel, sedih, dan marah terhadap pemimpin kita yang tampaknya tidak mampu atau tidak mau untuk memikul tanggung jawab sebagai pengelola negara. Namun, cobalah kita mulai tahun ini untuk memperhalus, mengurangi keegoisan, dan menggunakan cara-cara yang lebih bermartabat.

Serahkanlah keadaan yang menyimpang akibat kebijakan presiden baru kita itu kepada, terutama mekanisme jalannya kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Kita sudah punya lembaga penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, misalnya. Biarlah mereka mengatasi masalah ini terlebih dulu untuk mengatasi masalah hukum. Demikian pula terhadap institusi lainnya untuk mengatasi masalah sesuai dengan konteksnya masing-masing. Jangan melancarkan kritik yang sembrono, perkataan yang terlalu pedas, dan tindakan yang anarkis.

Bagaimana kalau masih ada pejabat/pemimpin yang bertindak tidak amanah dan melenceng? Sekali lagi, serahkan kepada mekanisme penyelenggaraan negara yang dipimpin oleh presiden baru itu. Yakinlah presiden baru kita nanti akan memerintahkan kepada institusi pencegahan, penindakan, dan pengawasan akan bertindak dengan lebih baik atas dukungan kita.

Kedua, buanglah sisa karat-karat kebencian di hati kita sebersih mungkin. Hapus luka-luka lama, entah itu berasal dari ucapan, perbuatan, atau kebijakan politikus maupun pejabat seburuk apa pun perbuatan dan perkataan mereka di masa lalu.

Kita tidak bisa menyimpan terlalu lama bara api kedengkian di hati kita tanpa luka yang semakin parah bila kita tetap memeliharanya dengan tumbuh subur di hati kita. Kita harus pandai memaafkan tanpa melupakan, memahami tanpa menghakimi, dan mencerahkan tanpa menjerumuskan presiden baru itu.

Kita, sekali lagi, sebagai rakyat mesti dapat memasuki kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa jabatan presiden baru nanti dengan semangat baru. Kita perlu melakukan pertobatan massal atas perilaku buruk kita di masa lalu terhadap para pemimpin kita. Kita harus menanggalkan caci-maki yang kita lakukan hari demi hari di masa lalu.

Kita harus dapat memaafkan kesalahan di masa lalu dengan sikap yang sungguh-sungguh ikhlas. Sikap curiga kepada presiden baru nanti harus dibuang jauh-jauh. Gantilah dengan dukungan seoptimal mungkin. Jika tidak bisa mendukung, minimal kita tidak menjegal langkahnya. Lapangkan jalan untuk pikiran-pikirannya, ide-ide barunya, kebijakan-kebijakan yang dibuatnya dan ajakan-ajakan yang diserukannya.

Jangan beranggapan bahwa masa lalu presiden baru yang buruk pasti akan menyebabkan tindakannya buruk pula ketika ia menjabat presiden baru nanti. Setiap orang mempunyai masa lalu yang buruk. Sekaligus, setiap orang akan memperbaiki perilaku yang buruk itu bila kepadanya diberikan dukungan dan perlakuan yang baik.

Bijaklah dalam menyikapi keadaan, jangan terburu nafsu menghakimi fenomena yang muncul sepotong-sepotong. Biarkan hati kita yang paling dalam berbicara dengan leluasa ketimbang emosi yang maju ke depan. Berpikiran jernihlah dengan tenang sebelum mengambil tindakan, apalagi tindakan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Beberapa alasan Presiden yang akan datang lebih baik daripada sekarang

Tentu saja hal ini tidak serta-merta mengubah negara kita menjadi negara yang superbaik. Namun, percayalah kondisi kehidupan kita di bawah presiden baru nanti akan lebih baik daripada kehidupan kita sekarang. Hal ini disebabkan:

Pertama, capres-capres kita sebagian besar sudah cukup berkualitas dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga siapa pun yang terpilih menjadi presiden nanti akan menjadi pemimpin yang berkualitas asalkan kita berikan dukungan.

Kedua, presiden yang baru nanti pastilah sudah menyadari betapa parahnya kondisi kehidupan sekarang ini, sehingga ia lebih konsen pada penderitaan rakyat. Ia juga menyadari jika kinerjanya tidak lebih baik, kemarahan rakyat sudah hampir sampai pada titik kulminasi yang akan menggilasnya bila ia menyimpang dari kewajibannya.

Ketiga, dengan dukungan rakyat yang memberikan keleluasaan kepada presiden untuk menjalankan tugasnya, presiden baru nanti akan menunjuk pembantu-pembantunya dengan pertimbangan yang matang. Sehingga, kapasitas para pembantunya diharapkan jauh lebih baik daripada sekarang.

Keempat, siapa pun akan bekerja lebih baik bila kepadanya diberikan iklim yang kondusif yaitu dukungan yang tulus, keleluasaan untuk mengambil kebijakan dan diskresi dengan tenang, berkreasi tanpa hambatan dan gangguan daripada ia bekerja dengan iklim kerja yang tidak kondusif.

Namun itu semua akan berantakan apabila perilaku para elite politik juga tidak bertindak seperti yang diharapkan dilakukan oleh rakyat. Justru para elite politik itu perlu memberikan tauladan yang baik sejalan dengan perilaku yang dituntut dari rakyat. Hal ini disebabkan kehidupan bangsa dan negara sekarang dan di masa depan dikendalikan oleh bidang politik. Politik memiliki peran paling penting menyangkut kehidupan bernegara. <<>>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun