Mohon tunggu...
Jepfruit Alpanchi
Jepfruit Alpanchi Mohon Tunggu... -

Menemukan masalah tanpa mencari-cari masalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa Partai Nasdem Minta Pemilu Tidak Serentak?

20 Januari 2014   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hati kecil ini bertanya-tanya, ada apa partai Nasdem minta MK bijak dalam menyikapi judicial review yang diajukan Yusril Ihza Mahendra? Di stasiun TV yang dimiliki Ketua Umum-nya, Nasdem dibikinkan running text dengan durasi lebih lama daripada berita-berita yang biasa dijalankan di running text tersebut.

Wajarlah kalau ada yang bertanya-tanya seperti itu. Pasalnya, kalau judicial review Yusril itu dikabulkan MK, maka Nasdem juga akan diuntungkan. Ini karena Nasdem dapat mengajukan capres-nya sendiri tanpa terikat dengan presidential threshold (PT) yang 20% itu. Tapi, anehnya Nasdem justru meminta agar pemilu legislatif dan pemilu presiden dilaksanakan terpisah yang disebutnya sebagai sikap bijak itu.

Implikasi dari dikabulkannya gugatan Yusril adalah otomatis tidak ada lagi hambatan konstitusional bagi partai-partai untuk mengusung capresnya masing-masing. 12 partai peserta pemilu dimungkinkan ikut sebagai pemain utama dalam permainan pemilu presiden. Sehingga akan terdapat 12 capres pula.

Tentu Nasdem punya alasan meminta MK untuk bijak dengan tidak mengabulkan gugatan pemilu serentak tersebut. Cuma, saya mencari alasan Nasdem itu sampai mumet di berita di televisi maupun di berita online tidak menemukan juga.

Mereka cuma bilang, “Partai Nasdem ingin mengingatkan, jika mau mengatur dan menata pelaksanaan pemilu, hendaknya mengatur secara keseluruhan yang mencakup pileg, pilpres, dan pilkada. Bukan sekadar menggabungkan pileg dan pilpres ketika hari H pileg sudah dekat,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan (VivaNews, 20/1/2014).

Partai kecil diuntungkan tetapi tak mau berusaha sendiri

Menurut hemat saya yang tidak pandai berhemat, PT dibuat oleh partai-partai besar kala itu untuk membentengi dan mempertahankan kekuasaannya dalam percaturan politik nasional. Dengan PT itu, partai-partai besar tinggal duduk manis tanpa perlu repot-repot mencari mitra koalisi. Partai-partai kecil akan sibuk lobi sana-sini agar dapat diikutkan dalam koalisi. Dapat diduga, lobi akan dimenangkan oleh partai-partai besar. Apalagi bila capres yang diusungnya punya nilai jual politik yang tinggi.

Nilai tawar tinggi yang dimiliki partai-partai besar tetap dipertahankan. Ini terlihat tidak satu pun partai besar yang menyetujui PT direvisi melalui perubahan UU Pemilu yang diusulkan oleh partai kecil beberapa saat yang lalu.

Hal yang agak aneh adalah tidak satu pun partai kecil yang berupaya “memperbaiki nasibnya” dengan mengajukan judicial review terhadap PT, baik tentang pasal yang langsung berkaitan dengan PT maupun pasal yang tidak langsung berkaitan tetapi pada intinya mengubah PT. Hanya PBB saja yang berani mengajukan judicial review.

Padahal kalau menang di MK, partai-partai kecil itu diuntungkan. Mereka melenggang dengan bendera sendiri untuk mempromosikan capres-nya pilihan sendiri tanpa harus numpang beken partai lain.

Partai-partai kecil sejauh ini memang mewacanakan capres pilihan sendiri. Tetapi hal itu sekadar sikap menunjukkan rasa percaya diri dan kemandirian semu. Sejatinya mereka cuma berspekulasi. Kalau nanti menang pemilu atau meraup suara yang signifikan, syukur. Kalau dukungan pemilih secuil, ya menginduk ke partai besar. Sangat pragmatis.

Partai kecil seperti PKB yang getol menyuarakan penyanyi dangdut menjadi capres yang diusungnya, hanyalah move untuk menebalkan pundi-pundi suara. Penyanyi dangdut itu punya massa penggemar dangdut yang besar dan meluas. Ini menjadi magnet tersendiri bagi PKB. Penggemar itu diharapkan kalau tidak memilih capresnya, minimal akan memilih partai yang mengusungnya.

Spekulasi terhadap sikap Nasdem

Perihal Nasdem menolak diselenggarakan pemilu serentak, hal itu mungkin karena alasan tertentu sehingga Nasdem sengaja menyembunyikan alasan yang sebenarnya. Dengan demikian dimungkinkan beredarnya spekulasi berkenaan dengan agenda tersembunyi Nasdem tersebut.

Boleh jadi dengan sikapnya itu, Nasdem memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga pemilu legislatif nanti mereka akan mendulang suara yang signifikan. Buntutnya adalah Nasdem akan punya capres sendiri, sedangkan partai-partai kecil akan ada yang merapat kepadanya. Posisi tawar Nasdem menjadi tinggi.

Boleh jadi pula, Nasdem sengaja menunjukkan sikap kepada partai-partai yang diperkirakan akan menjadi partai besar (lagi). Dengan demikian, Nasdem dianggap telah berpartisipasi memperkuat benteng kekuasaan yang sudah lama dijaga dengan kuat oleh partai-partai besar. Nasdem, tentu saja, akan kecipratan berkah dari partai besar karena sikap yang dianggapnya simpatik ini.

Boleh jadi pula, Nasdem telah melakukan deal-deal politik dengan partai tertentu dengan janji-janji tertentu. Bila tiba saatnya nanti Nasdem akan menuai keuntungan tersendiri.

Entahlah, yang penting karena sikapnya aneh maka spekulasinya juga boleh tak kalah aneh, bukan? <<>>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun