Kebiasaan anak-anak menonton acara televise tanpa pendampingan orang tua akan membentuk perilaku agresif, kurang berpendirian serta kehilangan pegangan. Orang tua zaman sekarang dituntut mampu bersikap dialogis serta mampu menentukan sikap yang tepat dalam memilih acara televisi yang dapat membantu perkembangan anak-anak.
Zaman teknologi informasi sekarang melahirkan banyak stasiun televise. Setiap stasiun televise menyuguhkan berbagai acara yang menarik minat anak-anak. Acara televisi yang banyak diminati anak misalnya: film kartun Tom and Jerry, sinetron Tendangan si Madun, acara hiburan Opera van Java, dan banyak acara lain lagi. Berdasarkan pengalaman, anak – anak mampu bertahan menyaksikan acara kesukaan berjam-jam.
Kebiasaan anak menonton acara televisi tentu akan memiliki dampak. Seorang anak akan terkena dampak positif dan negative sekaligus saat mereka dibiarkan menonton tanpa pendampingan orang tua. Seorang anak akan mampu berlaku positif setelah menonton tayangan atau bertindak negative, tergantung jenis tayangan yang ditonton.
Sebut saja misalnya, tayangan “Tendangan si Madun”. Acara ini sangat digemari oleh anak-anak yang memiliki hobby dalam bidang sepak bola. Dampak positif yang kemungkinan ditiru si anak adalah anak akan menyalurkan pengetahuan yang baru di dapat di televisi. Anak akan terdorong untuk bisa meniru tokoh dalam sinetron. Sejumlah anak yang memiliki kesukaan akan bola akan berinisiatif membentuk kelompok pemain bola super di lingkungan sekitarnya. Sosialisasi diantara mereka pun akan berlangsung dengan sendirinya.
Kesebelasan cilik bermunculan setelah tayangan si Madun. Orang tua perlu mencermati setiap perubahan perilaku anak-anak setelah menyaksika acara kesukaan mereka.
Di sisi lain, anak akan terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik. Sebut saja misalnya, film kartun yang tidak dapat menghilangkan unsur sadisme karena dipoles sebagai bagian dari alur cerita dan dikemas dalam ‘kejenakaan’. Film kartun sering muncul dan menayangkan sejumlah tokoh kartun mempertunjukkan sikap kasar seperti membanting dan menginjak-injak lawan sambil mengungkapkan ejekan. Suguhan seperti di atas untuk anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan akan meniru ungkapan dan tindakan tokoh. Menyaksikan suguhan demikian secara berulang-ulang akan membentuk pengertian baru bagi anak-anak bahwa bertindak dan berkata kasar merupakan hal yang biasa. Perilaku anak yang masih meniru akan menerjemahkan tontonan itu dalam berbagai bentuk bullying. Misalnya berkata kasar kepada teman, reaktif dalam tindakan seperti memukul dan menendang teman.
Tentu masih segar dalam ingatan, beberapa anak yang meniru tokoh idola dan mengakibatkan korban setelah menyaksikan tayangan di televise. Contoh, seorang anak penggemar Limbad meniru trik-triknya yang membahayakan dan setelah menyaksikan tayangan si anak meniru gayanya yang membahayakan. Si anak diketahui meninggal. Korban-korban akibat tayangan Smack Down beberapa tahun yang lalu tentu menambah deretan buruk. Anak-anak tumbuh menjadi jagoan dan bangga setelah berhasil menjatuhkan teman tanpa merasa bersalah.
Apakah dampak buruk tayangan televisi dibiarakan? Tentu saja berbagai upaya dapat dilakukan mencegahnya. Dinding seorang bapak yang tahu akan daya pikat televise mempelajari minat Doni. Ia menemani Doni setiap menonton acara televisi dan berupaya menentukan sikap yang tepat apa yang akan dilakukan. Ia memiliki visi dan misi yang benar tentang masa pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ketika mereka menyaksikan tayangan film kartun yang menunjukkan sikap kekerasan Pak Doni menjadikannya sebagai bagian komunikasi. “Nak, apakah kamu akan menendang teman kalau kamu tidak menyukainya?” “Itu kan perbuatan tidak baik, Pak? Tentu saja tidak”, seru Doni dengan yakin. Pernyataan Doni untuk Pak Diding jelas masih verbal perlu pembuktian atas respon baik tersebut. Namun jawaban anak merupakan indicator baik bahwa sejak dini anak telah diarahkan untuk memiliki sikap yang positif terhadap acara yang kurang baik,
Memang selalu ada kemungkinan bahwa stasiun televisi sengaja menyuguhkan acara-acara kekerasan untuk menarik pemirsanya dengan berbagai alasan yang dapat dirasionalkan. Namun sebagai bagian dari mahkluk Tuhan dan warga negara yang baik tentu ikut bertanggung jawab dalam mencerdaskan bangsa. Mereka harus bersikap bijak dalam memilih dan menayangkan acara yang akan ditayangkan
Acara televise merupakan acara positif yang dapat menjadi pilihan dalam keluarga.. Orang tua dan anak sebagai subjek dan sekaligus objek tayangan televisi perlu membangun dialog kontinyu untuk menyikapi setiap acara sehingga menjadi bagian dari komunikasi yang membangun di dalam keluarga.
Jepes, Kadusirung, 24/2-2013 pkl 17.00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H