Mohon tunggu...
Jasmin Sitanggang
Jasmin Sitanggang Mohon Tunggu... -

Lahir saat gejolak G 30 S PKI di Sumatera Utara. Peringatan hari kesaktian Pancasila aku sering ke Tugu Sujono, letaknya di tengah perkebunan karet Bandar Betsy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Acara TV Sarana Komunikasi Positif di Keluarga

24 Februari 2013   11:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:47 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebiasaan anak-anak  menonton acara  televise tanpa  pendampingan   orang  tua akan  membentuk  perilaku agresif, kurang  berpendirian serta  kehilangan  pegangan. Orang  tua  zaman  sekarang dituntut mampu  bersikap dialogis serta  mampu  menentukan  sikap  yang tepat dalam  memilih  acara televisi yang  dapat  membantu  perkembangan  anak-anak.

Zaman teknologi informasi sekarang melahirkan  banyak  stasiun  televise. Setiap  stasiun televise menyuguhkan  berbagai  acara yang  menarik  minat  anak-anak. Acara televisi  yang banyak  diminati  anak  misalnya:  film  kartun Tom and Jerry, sinetron Tendangan  si Madun, acara hiburan Opera  van  Java, dan  banyak acara lain lagi. Berdasarkan  pengalaman,  anak – anak mampu  bertahan  menyaksikan  acara kesukaan  berjam-jam.

Kebiasaan  anak  menonton  acara  televisi tentu akan  memiliki  dampak. Seorang  anak  akan terkena dampak  positif dan  negative sekaligus  saat mereka  dibiarkan menonton  tanpa  pendampingan  orang  tua.  Seorang anak  akan  mampu berlaku  positif  setelah  menonton tayangan atau bertindak  negative,  tergantung  jenis tayangan yang ditonton.

Sebut saja  misalnya, tayangan “Tendangan si Madun”. Acara  ini sangat  digemari  oleh  anak-anak  yang memiliki hobby dalam  bidang  sepak  bola. Dampak positif yang kemungkinan  ditiru si anak  adalah anak  akan  menyalurkan pengetahuan  yang  baru  di dapat di televisi. Anak  akan  terdorong  untuk bisa  meniru tokoh dalam  sinetron. Sejumlah  anak  yang memiliki kesukaan  akan  bola akan berinisiatif  membentuk  kelompok pemain bola super di lingkungan  sekitarnya. Sosialisasi diantara  mereka pun akan berlangsung  dengan sendirinya.

Kesebelasan  cilik bermunculan setelah tayangan si Madun. Orang tua perlu mencermati setiap perubahan  perilaku anak-anak setelah  menyaksika acara kesukaan mereka.

Di sisi lain, anak akan terpengaruh  dengan hal-hal yang kurang  baik. Sebut  saja misalnya, film  kartun yang  tidak dapat  menghilangkan unsur  sadisme karena dipoles sebagai  bagian dari alur  cerita  dan dikemas dalam  ‘kejenakaan’. Film kartun sering  muncul dan menayangkan  sejumlah tokoh kartun mempertunjukkan  sikap kasar seperti  membanting  dan  menginjak-injak lawan sambil mengungkapkan  ejekan. Suguhan seperti di atas untuk anak-anak  yang sedang  dalam pertumbuhan akan meniru ungkapan dan tindakan tokoh. Menyaksikan  suguhan  demikian  secara  berulang-ulang akan  membentuk pengertian  baru  bagi anak-anak bahwa bertindak dan berkata  kasar  merupakan  hal  yang  biasa. Perilaku anak  yang masih meniru akan menerjemahkan tontonan  itu dalam berbagai bentuk bullying. Misalnya  berkata  kasar  kepada  teman, reaktif dalam  tindakan    seperti  memukul dan  menendang teman.

Tentu masih segar dalam  ingatan, beberapa  anak yang meniru tokoh idola  dan mengakibatkan korban setelah menyaksikan tayangan di televise. Contoh, seorang anak penggemar Limbad meniru trik-triknya  yang membahayakan   dan setelah menyaksikan tayangan si anak  meniru gayanya  yang membahayakan. Si anak diketahui  meninggal. Korban-korban akibat  tayangan Smack Down beberapa  tahun  yang lalu tentu menambah deretan buruk.  Anak-anak  tumbuh menjadi   jagoan dan bangga setelah  berhasil  menjatuhkan teman tanpa merasa bersalah.

Apakah  dampak  buruk tayangan  televisi dibiarakan?   Tentu saja berbagai  upaya dapat  dilakukan mencegahnya. Dinding seorang bapak yang  tahu  akan daya pikat televise mempelajari minat Doni.  Ia menemani Doni  setiap  menonton acara  televisi dan  berupaya  menentukan  sikap  yang  tepat apa   yang akan dilakukan. Ia memiliki  visi dan  misi yang benar  tentang masa pertumbuhan  dan  perkembangan anaknya.   Ketika  mereka  menyaksikan  tayangan  film  kartun  yang menunjukkan sikap kekerasan Pak Doni  menjadikannya  sebagai bagian  komunikasi. “Nak, apakah  kamu  akan menendang  teman  kalau  kamu tidak menyukainya?” “Itu kan perbuatan  tidak  baik, Pak?  Tentu  saja  tidak”, seru Doni dengan yakin.  Pernyataan  Doni untuk Pak Diding jelas masih verbal perlu pembuktian atas respon baik tersebut. Namun jawaban anak merupakan  indicator    baik bahwa sejak  dini anak  telah diarahkan untuk memiliki  sikap  yang positif  terhadap acara yang kurang baik,
Memang  selalu  ada  kemungkinan bahwa stasiun televisi sengaja menyuguhkan acara-acara  kekerasan  untuk menarik pemirsanya dengan  berbagai alasan yang dapat dirasionalkan. Namun sebagai  bagian dari mahkluk Tuhan dan warga negara  yang  baik tentu ikut   bertanggung jawab dalam mencerdaskan bangsa. Mereka  harus  bersikap bijak dalam memilih dan menayangkan acara yang akan ditayangkan

Acara televise  merupakan acara positif yang dapat menjadi  pilihan dalam  keluarga.. Orang tua dan  anak sebagai subjek dan sekaligus objek tayangan  televisi perlu membangun dialog kontinyu untuk menyikapi setiap acara sehingga  menjadi  bagian dari komunikasi yang membangun  di dalam keluarga.

Jepes, Kadusirung, 24/2-2013 pkl 17.00

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun