Mohon tunggu...
Thomas Jeperson
Thomas Jeperson Mohon Tunggu... -

Nama : Thomas J MALAU\r\n\r\nFILOSOFI : I Believe that everyday is a test i have to prove my self my dream come to me as long as i believe to my self and i believe.\r\n\r\nwriting is part of my life. Menulis Itu Eksotis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

E-Commerce Menjamur, Tapi Tak Satu Pun yang Sudah Mendulang Untung

13 Oktober 2016   16:02 Diperbarui: 13 Oktober 2016   16:11 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang tahun 2015-2016 berbagai E-Commerce bermunculan. Banyak perusahaan yang berbondong-bondong mengekspansi penjualan produk mereka ke online. Transaksi dan jumlah pengguna belanja online meningkat tajam. E-commerce pendatang baru yang memiliki nilai investasi jutaan dolar pun langsung melejit menjadi top ten E-commerce yang paling banyak dikunjungi.

Indonesia dengan jumlah penduduk ratusan juta dan sedang dihadapkan pada bonus demografi diyakini akan menjadi negara yang memiliki potensi yang sangat besar dalam hal bisnis online. Ditambah dengan karakter domestik orang-orang Indonesia yang sangat konsumtif akan mempercepat pertumbuhan transaksi belanja on-line. Tapi yang menjadi pertanyaan penting adalah, Apakah E-commerce raksasa di Indonesia dengan nilai investasi jutaan dollar itu sudah mendapatkan untung?

Lazada salah satu online shop paling populer di Indonesia sudah hadir empat tahun, tapi masih mencatat kerugian puluhan milyard. Puncaknya di tahun 2016 Lazada mengalami krisis dana dari investor dan terseok-seok untuk mendapatkan suntikan modal agar tetap bisa bertahan. Hingga pada akhirnya perusahaan E-commerce raksasa Alibaba dari Tiongkok datang sebagai dewa penyelamat. Alibaba mengakuisisi Lazada dari Rocket internet. Apakah Lazada sudah mendapatkan untung setelah diakuisisi Alibaba? Hingga saat ini belum ada laporan keuangan tentang kerugian atau pun keuntungan Lazada pasca diakuisisi.

Zalora sebagai pelopor online shop fashion di Indonesia dan juga menjadi bagian anak perusahaan Rocket internet belum bisa keluar dari jeratan kerugian. Sepanjang tahun 2013-2015  Zalora mencatat kerugian  sebesar US$ 259 juta. Zalora disinyalir kehabisan uang karena hanya mampu mendapatkan pendanaan eksternal sebesar US$ 238 juta. Jadi bisa dipastikan jika dikalkulasikan Zalora harus berusaha keras mendapatkan dana tambahan sebesar US$ 11 juta agar tetap bisa bertahan hidup tanpa akuisisi.

Tokopedia dan Elevenia merupakan E-commerce yang sudah memiliki brand di masyarakat juga tak luput dari kerugian. Berdiri selama delapan tahun tak menjamin Tokopedia mendapatkan untung. Walaupun pengunjung dan jumlah transaksinya meningkat derastis tapi Tokopedia tak pernah absen dari serangan kerugian jutaan dolar setiap tahun. Sementara Elevenia seolah tak mau ketinggalan mendulang kerugian besar dan diprediksi baru bisa mendapatkan keuntungan di tahun 2018.

Matahari mall.com di kuartal pertama tahun 2015 terkena kerugian bersih sebesar Rp59,44 miliar dan diperkirakan baru bisa mendulang laba di tahun 2019. Matahari mall dalam naungan lippo group yang sudah memiliki nama besar di Indonesia mendapatkan suntikan dana investasi ratusan juta dollar untuk bisa bertahan dan berkembang. Para pengamat dan pakar E-commerce menilai bahwa kerugian yang dialami online shop adalah sesuatu hal yang sangat wajar, E -commerce merupakan bisnis yag rentan mengalami kerugian di tahap awal.

Lalu kenapa E-commerce masih bisa bertahan ditengah badai kerugian yang terus menerjang? Dan kenapa bisnis E-commerce masih digemari walaupun sangat rentan sekali terkena serangan rugi besar? Suntikan dana yang sangat besar dari investorlah yang membuat E-commerce tetap bisa bertahan sekali pun selalu dihadang kerugian yang tak berkesudahan. Mungkin Anda bertanya, kenapa para investor mau memberikan dana kepada perusahaan yang selalu merugi? Jawabanya adalah karena “ Value” atau nilai dari perusahaan tersebut. Value adalah semacam deposito jangka panjang. 

Jika sebuah perusahaan sudah memiliki value yang tinggi di masyarakat kelak akan menjadi bisnis yang menjajikan dan akan mendapatkan keuntungan dengan gampang. Value atau nilai sebuah perusahaan berbanding lurus terhadap nilai investasinya. Contohnya adalah facebook. Selama beberapa tahun facebook selalu merugi tapi justru sebaliknya value atau nilainya di masyarakat meningkat tajam, sama halnya dengan Twitter. Pengunjung dan pengguna Facebook maupun Twitter mengalami peningkatan signifikan. 

Sekarang facebook mendulang keuntungan puluhan juta dollar setiap jamnya. Jika nilai sebuah perusahaan meningkat akan dengan gampang para investor bersedia menggelontorkan dana. Sementara E-commerce sangat berpotensi untuk mendapatkan nilai di Masyarakat, hal itu dibuktikan dengan jumlah transaksi dan pengunjung yang tumbuh pesat setiap tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun