Ada sebuah negeri dimana engkau dengan mudah menemukan pria dan wanita menelan racun dengan bangga. Mereka bercengkrama sambil mendengus atau sesekali melucu.
Sebatang rokok sambil nongkrong, hingga malam atau siang bolong. Dua batang, tiga batang bahkan berbatang-batang tak terasa sudah begitu banyak asap yang menyelinap di paru-paru mereka. Dan tanpa merasa bersalah menyebarkan asap racunya kepada orang-orang sekitar yang sudah mulai gerah.
Di negeri ini engkau akan melihat anak-anak muda berseragam mempermainkan asap rokok di jalanan. Seolah mereka adalah orang-orang dewasa dari Maroko yang mengisap sisha dengan menggunakan bong. Disini kamu akan melihat nikotin laku di jual dimana-mana. Wanita-wanita menawan sering dijadikan umpan, berkeliaran di jalanan untuk menarik perhatian pengisap nikotin. Semua toko menjual nikotin yang dibungkus dengan peringatan, merokok dapat mengakibatkan impotensi dan gangguan pada janin. Perigatan tak ada gunanya jika sudah kecanduan
Para pria akan merasa pantas disebut pria saat mengisap berbatang-batang rokok. Para wanita akan merasa diterima dalam komunitasnya jika bicara sambil mengisap sebatang racun berisi nikotin. Anak-anak muda atau bahkan masih baru beranjak remaja  mengisap sebungkus rokok, pada hal belum berpanghisilan pokok. Hasil keringat bapaknya dibuat untuk membeli racun.
Saat kamu datang ke negeri ini akan banyak asap bertebaran di jalanan atau di sebuah ruangan. Jika kamu ingin diterima, ambilah sebatang dari bungkusnya mereka akan memberikanya dengan sangat sopan. Di negeri ini, para pecandu nikotin mencari pengakuan dalam sebatang rokok. Agar dikata keren dan mengikuti aturan pertemanan. Seorang pecandu susah untuk berhenti. Seorang penggila tak perduli dampak jangka panjang. Pada hal mereka tidak tau, bahwa nikotin bersifat katalis yang berujung pada kecanduan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H