Intermezo sedikit boleh yah. Sering saya dengar pada saat bersantai bergurau dengan teman, dan sering sayamelihat pada saat melihat berbagai artikel curhatan yang berjdul “Kalau bukan orang Indonesia, kamu pilih jadi warga negara mana ? Terus alasannya apa ?”. Entah kenapa, bukannya saya berpikir untuk mencari jawaban beserta alasan , namun malah tertawa kecil dan berkata ‘miris’.
Masuk akal sih. Inikan cuma pertanyaan biasa. Namanya juga intermezo boleh dong ya. Tapi kalau dipikirkan lebih serius dan sedikit berpendapat atau malah berargumen. Ini betul betul miris teman. Kenapa tidak bertanya “Kalau kita warga Indonesia, apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat negara ini ‘sedikit’ lebih baik?”. Kenapa bertanya hal yang merupakan fiksi, berandai, dan mungkin nyata dengan penuh perjuangan pastinya untuk mencapainya. Susah loh pindah kewarganegaraan. Hehe.
Huh, sirik aja nih. Masa berkhayal saja tidak boleh. Iya, iya saya jawab deh. Saya tidak akan menjadi warga negara apapun, saya akan tetap menjadi bagian dari negara kaya dan makmur ini. Persetan dengan para pejabatnya (kecuali pejabat yang punya hati). Karena saya juga termasuk orang yang mentalnya “Mental Benci Pejabat”. Itu bukan urursan saya. Yang saya banggakan hanyalah kekayaan alamnya, tradisinya, keberagaman budayanya, rakyatnya yang sangat ramah dan bersahabat, dan tentunya begitu banyak orang yang bisa dicintai disini. Orang-orang yang mempunyai jiwa penuh ikhlas dalam menjalani hidup, meskipun didera oleh kejamnya para penguasa yang minta ampun keras sekali hatinya seperti beton. Saya kagum dengan berbagai kesabaran orang-orangnya. Meskipun miskin tapi mereka tetap bisa bersenda gurau, melawan rasa lapar dengan sedikit harapan untuk esok. Sangat amat bangga dan senang apabila mengingatnya. Begitu banyak hal yang mebuat saya mencintai negara ini. Dimana lagi kita bisa menemukan fenomena ‘4l4Y’ atau fenomena ‘Ayu ting-ting’. Cuma di negeri ini.
Banyak teman-teman saya atau beberapa orang yang menjawab. “Wihh . . saya mah pengennya jadi orang Amerika, artisnya banyak cakep-cakep lagi”. Atau “kalo aku ingin jadi warga negara Arab, biar bisa naik haji terus, ga perlu mahal-mahal ongkosnya”. Ada lagi yang super lucu “hemm, jadi warga negara Timor Timur kali ya, mau tau kegiatannya mbak Krisdayanti sama Raul Lemos”.
Ya ampun, jawabannya nyeleneh semua ternyata. Tapi tunggu, ada beberapa teman saya atau para pembaca di internet yag jawabannya serius dan menimbulkan rasa ingin juga. Ada yag memilih ingin menjadi warga Islandia, negara paling hijau sedunia. Bisa dibayangkan, hidup akan lebih sehat dan umur menjadi lebih panjang karena cara kita yang pasti akan selalu menjaga kesehatan dan hidup lebih baik sebagai sugesti negara terhijau di dunia. Atau memilih negara adi kuasa Amerika Serikat yang meskipun banyak dibenci karena bersekutu dengan israel, tapi memiliki kuasa atas ekonomi di seluruh dunia. Memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas perekonomian rata-rata di seluruh dunia. Pasti hidupnya bisa layak disana. Oiya, ada yang memilih negara Iran dengan Ahmajinedad-nya yang merupakan presiden paling ‘pengertian’ dan ‘sadar diri’ sedunia. Yang berprinsip semua yang dilakukannya hanya untuk rakyat. Apapun yang dia miliki tak sepatutnya berlebih karena semua memang untuk kepentingan rakyat. Inspiratif.
Macam-macam saja jawabannya. Dengan berbagai maksud. Entah pernyataan yang sungguh-sungguh ataupun hanya bercanda saja. Berkhayal dan bermimpi memang sangat penting untuk menjadikan semuanya menjadi harus diwujudkan agar harapan dan ambisi yang kuat bisa terpenuhi. Namun, semua juga butuh alasan dan kenyataan yang masuk akal agar mimpinya itu terwujud. Agak malas juga sih jawabnya kalau yang ditanya jawabnya “saya tetap pilih Indonesia”. Nanti malah disangka munafiklah, ga asiklah, terlalu seriuslah atau datar jawabanya. Tapi harusnya memang itu yang harus menjadi jawaban kita. Susah sekali menumbuhkan rasa cinta tanah air akhir-akhir ini. Jangankan cinta, bangga saja susah. Melihat keadaan Indonesia yang semakin tidak jelas dan carut-marut membuat banyak kalangan dari berbagai umur mulai jenuh. Tapi, tidak usah terlalu dipusingkanlah. Toh, memang begini kan. Pemimpinnya dan konco-konconya yang salah bukan Indonesianya.
Menjawab dari pernyataan ingin jadi warga negara Islandia, negara terhijau di dunia sama dengan hidup sehat. Loh, memangnya menjamin yah, lingkugan yang sehat sama dengan manusia yang sehat. Itu tergantung dari manusianya bung. Kita bisa saja menjadikan lingkungan kita contohya rumah menjadi hijau dan sehat. Tanam tanaman yang banyak, tanam pohon yang rindang serta rajin membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, hidup sehat lagi umur panjang pasti akan didapat. Tidak usah jauh-jauh ke Islandia. Di Indonesia banyak kok aneka macam tumbuhan yang bisa di kembangkan. Dan pasti akan tumbuh karena negara Indonesia tanahnya subur. Kemudian tentang perekonomian, buat apa ke Amerika Serikat hanya untuk mendapat hidup yang katanya lebih layak. Banyak yang ‘buta’ sesaat kalau mendeskripsikan AS sebagai negara yang tidak ada orang miskinnya. Salah besar bung, berbagai macam dampak perekonomian gagal sering terjadi disana. Banyaknya para pekerja yang di PHK, upah tidak sesuai, atau pengemis yang ternyata juga banyak meskipun tidak sebanyak di Indonesia. Kita punya pegetahuan, keahlian, dan semangat kerja. Itu sudah cukup untuk membuat perekonomian kita minimal dapat terpenuhi. Kerja keras dan kemauan tinggi tonggak untuk membangkitkan perekonomian bangsa. Kemudian tentang presiden Iran Ahmajinedad, ini agak susah yah. Susah sekali mencari sekarat emas di tumpukan lumpur dasar danau. Apalagi di Indonesia, apakah ada ?. Pasti ada. Yaitu kita. Kita yang benar-benar tulus untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik. Kita yang sungguh-sungguh mengamalkan pancasila sebagai identitas dan ciri negara kita. Kita yang selalu berusaha untuk menjadi warga negara yang baik, yang menyumbangkan pikiran, ilmu untuk sesama agar saling bermanfaat. Kita yang dengan niat tulus iklas membela negara dan turut membangun negara Indonesia tanpa pamrih.
Jadi, mau jadi warga negara apapun semua berawal dari hati dan manusia itu sendiri. Apakah dia punya niat tulus untuk menjadikan negaranya terpandang di seluruh dunia. Tidak usah mengambil contoh para pemimpin. Toh, tak ada satupun manusia yang sempurna. Tinggal bagaimana melakukan yang terbaik bagi negara. Bukan selalu meminta hak tanpa mengerjakan kewajiban. Dengan keadaan Indonesia yang sudah tidak sehat ini, jangan lagi ditambah dengan virus malas atau anti dengan negara sendiri. Bisa-bisa negara kita bisa sekarat. Syarat berdirinya suatu negara itu salah satuya adanya penduduk. Tentunya penduduk yang mampu menjadikan suatu negara menjadi lebih sejahtera. Jangan menuntut sebelum bisa punya bukti untuk menuntut. Ayo, siapa lagi yang tetap ingin jadi warga negara Indonesia ?. Kebebasan berpendapat masih ada bukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H