Mohon tunggu...
Jeny Widya Pangestika
Jeny Widya Pangestika Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Sekarang Vs. Anak Zaman Dulu

14 Juni 2011   04:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:32 2161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang dan dulu, dimensi waktu yang tidak akan pernah bisa menyatu. Berharap punya lorong waktu seperti di sinetron islami “LORONG WAKTU”, mimpi punya “DORAEMON” yang punya berbagai alat untuk ke masa depan atau masa lampau, atau bercita-cita menjadi penemu mesin waktu. Ya . .hanya mimpi, tapi option ketiga bisa saja terjadi kalau manusia lebih pintar menanggapi keinginannya.

Perbedaan anak-anak/remaja maupun dewasa dari waktu ke waktu pasti akan terus mengalami perkembangan, UPS . . apakah benar perkembangan ? kemunduran juga bisa kan ? Kita tinjau dengan lingkup kecil, yaitu tentang anak-anak/remaja. Saya adalah salah satu bukti hidup tentang semakin majunya teknologi zaman, dan juga sebagai saksi atas berbagai kemunduran remaja zaman sekarang. Dahulu, boro-boro punya handphone, punya televisi layar datarpun sudah menjadi suatu kesenangan yang tidak terkira. Tapi sekarang handphone sudah menjadi barang sekunder atau malah primer. Dahulu, waktu sekolah dasarpun komputer pentium 3 saja sudah “wahh . .canggih” tapi sekarang banyak orang pintar membuat komputer seri mini untuk bisa dibawa kemana saja, seperti membawa satu dunia ke dalam genggaman kita.

Itu hanya masalah waktu, teknologi toh pasti tidak akan pernah berhenti maju selama orang-orang “pintar” dan berkemauan tinggi masih ada. Tapi bagaimana dengan kelakuan anak zaman sekarang dengan anak zaman dulu. Waduh, sangat berseberangan sekali. Positifnya anak-anak zaman sekarang lebih kreatih, lebih modis, lebih “berani”, dan lebih maju. Negatifnya ada dalam segi moral. Anak sekolah dasarpun ketahuan sedang pacaran HOT dengan pacarnya yang juga masih duduk di sekolah dasar. Majunya teknologi juga dijadikan ajang untuk anak-anak mencari hal-hal yang seharusnya tidak boleh diketahui sebelum mereka dewasa. PORNOGRAFI merajalela. Gaulnya anak-anak zaman sekarang telah disalahgunakan untuk menindas sesama temannya yang masih lugu.

Belum lagi fenomena (sangat menarik jadinya kita sebut saja fenomena J) 4L4Y. Dengan gaya berlebih-lebihan, dari segi style, attitude, semua berlebih-lebihan, itu katanya. Kategori alay bisa kita jumpai di berbagai acara live music yang menghadirkan anak-anak muda. Tapi setelah ditelusuri lebih dalam, alay ternyata banyak berasal dari keluarga kurang mampu yang rata-rata dari mereka putus sekolah. Tidak disangka pakaian modis yang mereka pakai didapat dari upah untuk menjadi penonton di acara live music tersebut, “ya paling dari 2 atau 3 acara kaya gitu dapet 100-150rbu” ucap salah satu anak alay yang diwawancarai kala itu. Sebagian juga mereka sisihkan untuk keperluan rumah tangga orang tua mereka. Hemm . .satu lagi hal terpendam yang patut kita hargai.

Anak zaman dahulu yang tergolong polos, memang tidak neko-neko masalah style atau sebagainya tapi anak-anak zaman dulu, mempunyai sikap lebih santun daripada anak-anak zaman sekarang yang asyik oleh dunia “gaul”nya sendiri. Semua itu tak lepas dari peran orang tua dan lingkungan sekitar yang harusnya menjadi panutan bagi anak-anaknya. Lebih bijak dan lebih tanggap dapat mencegah anak-anak zaman sekarang menjadi lebih jatuh ke jurang yang dalam. Semua itu tak lepas dari peran lingkungan sekitar yang harus melihat dampak apa yang ditimbulkan untuk generasi penerus di Indonesia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun