Kota probolinggo merupakan salah satu kota penerima Piala Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Piala ini merupakan sebuah kebanggan suatu wilayah dalam aspek lingkungan. Setiap daerah, tak terkecuali Kota Probolinggo ikut andil untuk meraih gelar kota terbersih dan pengelolaan lingkungan perkotaan. Dengan adanya penghargaan tersebut, Kota Probolinggo telah berhasil dalam hal kebersihan dan pengelolaan lingkungan kota. Namun, sangat disayangkan bahwa masih adanya beberapa tempat di sudut kota ini yang masih memiliki masalah sampah, salah satunya adalah tempat wisata Pantai Mayangan.
Masalah sampah merupakan tantangan global yang kompleks, dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Meningkatnya konsumsi dan populasi di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia, produksi sampah masih berjalan. Sampah-sampah ini terdiri dari berbagai jenis, termasuk plastik, kertas, logam, dan bahan organik, yang semuanya berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Sistem manajemen sampah yang kurang efisien, kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai, dan rendahnya kesadaran akan pentingnya praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan menjadi faktor utama yang memperparah masalah ini.
Masih ditemukannya sampah-sampah yang berceceran dan mengapung di perairan laut kota Probolinggo pada tanggal 28 April 2024. Sampah-sampah ini merupakan bukti dari kurangnya perhatian dari dinas terkait. Belum diketahui asal-mula sampah ini dari mana. Tempat wisata yang sering kali dikunjungi oleh warga lokal maupun luar kota, sangat tidak elok untuk dipandang. Masalah sampah ini pastinya akan menimbulkan masalah-masalah lain yang akan berdampak negatif bagi lingkungan sekitar.
Dampak negatif dari masalah sampah ini sangat beragam, mulai dari polusi udara, tanah, dan air hingga kerusakan ekosistem dan kesehatan manusia. Sampah plastik, misalnya, menjadi salah satu masalah utama. Sampah plastik sering kali kita temukan, terutama yang menumpuk di lautan dan memengaruhi kehidupan laut. Ekosistem laut akan rusak dan tercemar jika sampah plastik masih berserakan di laut, seperti ikan yang memakan plastik, penyu yang tersangkut dalam sampah jala manusia, dan lain sebagainya. Selain itu, pembakaran sampah juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dan polutan berbahaya lainnya yang merusak kualitas udara dan mengancam kesehatan manusia. Di samping itu, tempat pembuangan akhir yang berlebihan juga dapat menyebabkan kontaminasi tanah dan air, sehingga akan mengganggu siklus alami ekosistem.
Untuk mengatasi permasalahan sampah di Pantai Mayangan tersebut, dibutuhkan upaya kolaboratif dari seluruh pihak, termasuk pemerintah, industri, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah. Langkah-langkah konkrit seperti pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah yang lebih baik, promosi praktik daur ulang dan pengurangan sampah, serta penegakan regulasi yang ketat perlu diterapkan secara komprehensif. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atau wisatawan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab melalui pendidikan dan kampanye publik yang efektif. Hanya dengan kerja sama yang solid dan komitmen yang kuat, kita dapat mengatasi masalah sampah ini dan menjaga keberlanjutan planet ini untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H