Mohon tunggu...
Uul Rohmatul Hasanah
Uul Rohmatul Hasanah Mohon Tunggu... -

aku mengagumi rembulan, api dan hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mawar Sewarna Hujan

3 November 2013   10:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13834492691986874806

untuk: Indonesia-ku

ibuk, aku bertamu pada dahan, yang di tiap jengkalnya penuh dengan duri, gemersik angin dan daun-daun tempat kupu-kupu berziarah.

tapi ibuk, akan ku ceritakan kepadamu tentang embun yang mengkristal di tiap sudut wajahnya, hingga senja mengganti jubah, ia meremang, memaksaku merenangi hawanya yang menggigil, meski tiap sore ku pandangi mentari tenggelam dalam kelopaknya

terkadang, ia lahir menjadi kuncup yang ranum, namun, aku tak pernah mampu mencium aromanya, ia hanya berpendar sewarna pagi, mengundang semut-semut merangkak pada tubuhnya saat rembulan menyemangka

ketika angin menggelar kelopaknya, rumput-rumput bernyanyi, gerimis menari,
meski kau tahu? tubuhnya hangus kerna getah luka,
ah, ibuk, mungkin aku sedikit memuja, tapi wajahnya selalu menggenang hingga muara, terlukis di tiap sudut mataku, mawar sewarna hujan, tempatku mencatat waktu.

Surabaya, 07. 10. 2013
< > u-r-h

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun