Judul: Anak Laki-Laki yang Menangis Serigala
Â
Penulis: Aesop
Â
Ilustrator: B.G. Hennessy.
Â
Penerjemah: Tidak berlaku (aslinya ditulis dalam bahasa Yunani kuno, tetapi edisi modern biasanya diterjemahkan oleh penerbit jika perlu).
Â
Bahasa: Tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, dan banyak lainnya.
Â
Halaman: 32
Â
Penerbit: Berbagai penerbit, termasuk Puffin Books, Sterling Publishing, dan Little Golden Books.
Â
Tanggal Publikasi: Dongeng itu sendiri kuno, secara tradisional dikaitkan dengan Aesop pada abad ke-6 SM. Edisi ilustrasi modern terus diterbitkan; Tanggal tertentu bervariasi menurut edisi.
Â
ISBN: Puffin Books Edisi: ISBN-13: 978-0140505600
Â
Â
Â
Â
1. Orientasi
Â
Menurut saya, buku ini sangat bagus karena ilustrasinya menarik, sehingga membuat ceritanya lebih hidup dan menarik bagi anak-anak. Selain itu, ceritanya jelas dan mudah dimengerti, dengan bahasa yang sederhana.
Â
2. Evaluasi
Â
-Text : Teks harus jelas dan lugas, memastikan bahwa pembaca muda dapat dengan mudah mengikuti cerita. Bahasa yang sederhana sangat penting untuk menjaga agar cerita tetap dapat diakses.
Kalimat harus ringkas dan menghindari struktur yang rumit. Ini membantu menjaga keterlibatan pembaca dan memastikan mereka memahami narasi.
Â
-Ilustrasi: Ilustrasi harus berwarna-warni, dinamis, dan menarik secara visual. Ilustrasi berkualitas tinggi membuat cerita lebih hidup dan secara signifikan dapat meningkatkan pengalaman membaca anak.
Gaya visual harus menarik bagi anak-anak, dengan karakter dan adegan yang hidup dan ekspresif.
Â
-Karakterisasi: Karakter, terutama protagonis, harus relatable dan memiliki kepribadian yang berbeda. Anak-anak harus dapat melihat diri mereka sendiri dalam karakter atau memahami motivasi dan tindakan mereka.
Anak laki-laki di "The Boy Who Cry Wolf" harus tampil nakal tetapi akhirnya belajar pelajaran berharga, membuat busur karakternya dapat dipercaya dan menarik.
Â
1. interpretasi
Â
Cerita berpusat di sekitar seorang anak gembala muda yang ditugaskan mengawasi kawanan domba. Bosan dan mencari perhatian, dia memutuskan untuk berteriak, "Serigala! Serigala!" meskipun tidak ada serigala yang mengancam kawanan. Penduduk desa bergegas membantunya, hanya untuk menemukan bahwa mereka telah ditipu. Anak laki-laki itu menemukan reaksi mereka lucu dan mengulangi alarm palsu beberapa kali. Akhirnya, serigala sungguhan muncul, tetapi ketika bocah itu berteriak minta tolong, penduduk desa, berpikir itu adalah alarm palsu lainnya, tidak datang membantunya. Akibatnya, serigala menyerang domba, dan bocah itu belajar pelajaran keras tentang konsekuensi berbohong.
Â
2. ringkasan
Â
Cerita berakhir dengan anak laki-laki itu belajar pelajaran keras tentang konsekuensi berbohong. Ketidakjujurannya yang berulang-ulang telah membuatnya kehilangan kepercayaan dari penduduk desa, dan ketika dia benar-benar membutuhkan bantuan, tidak ada yang mempercayainya. Dongeng mengajarkan moral penting bahwa jika Anda berbohong berulang kali, orang tidak akan mempercayai Anda bahkan ketika Anda mengatakan yang sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI