Tradisi Wiwitan merupakan ritual sakral yang dilakukan sebelum panen padi dimulai. Wiwitan sendiri berasal dari kata "wiwit" (bahasa Jawa) yang berarti permulaan. Seperti kita ketahui, masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang mempunyai tradisi yang erat kaitannya dengan ilmu kebatinan. Sebagai kaum milenial tidak perlu heran dengan tradisi lokal wiwitan ini, nyatanya masyarakat jawa meyakini tradisi ini dilakukan agar mereka bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah dan bisa mencegah hal buruk terjadi di lahan tersebut.
Tradisi Wiwitan juga dilakukan sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada bumi sebagai "sedulur singkep" dan Dewi Sri yang telah menanam padi. Sedulur Singkep memiliki makna manusia dan bumi sebagai saudara yang saling melengkapi dan menghormati. Jika hubungan manusia dan bumi berjalan lancar maka akan bermanfaat bagi kelestarian alam.
Tradisi wiwitan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sesuai dengan apa yang diajarkan dan diturunkan langsung oleh para pendahulu dan orang tua. Pelaksanaan tradisi wiwitan terdiri dari ritual atau upacara, seperti kita ketahui setiap ritual pasti mempunyai tahapan tersendiri. Tahapan tradisi wiwitan diawali dengan penentuan hari untuk proses pelaksanaan tradisi. Kemudian dilanjutkan dengan proses mojoki, mojoki merupakan kegiatan meletakkan jamur dan daun cadangan dadap pada keempat sudut sawah.
Pada puncak pelaksanaan wiwitan, masyarakat biasanya sibuk menyiapkan uborampe dan perlengkapan untuk proses pelaksanaan tradisi. Uborampe terdiri dari urap, nasi tumpeng, telur, daun kelapa tua dan lain sebagainya. Setelah itu, makanan tersebut dibawa ke sawah sebagai persembahan dan biasanya pemilik sawah membuatkan tempat persembahan. Uborampe dipasang, kemudian doa dibacakan dan makanan dibagikan kepada peserta upacara dan terakhir proses pemotongan nasi.
Dalam pelaksanaan Tradisi Wiwitan ini terdapat beberapa aspek yang memiliki pengaruh dalam pelaksanaan nya itu sendiri diantaranya; Aspek Sosial Budaya, Aspek Ekonomi dan Aspek Lingkungan.
Aspek Sosial Budaya, Dalam aspek sosial budaya, khususnya di era globalisasi, tradisi wiwitan masih banyak diterapkan oleh masyarakat Jawa, misalnya di Kabupaten Wonogiri dan Klaten. Pada dasarnya tradisi ini memberikan dampak yang positif bagi para pesertanya, karena dapat menjaga rasa solidaritas antar peserta dan juga dapat menjaga hubungan baik dengan roh leluhur, makhluk halus dan kekuatan gaib dengan memberikan sesaji agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
Aspek Ekonomi, Dari segi ekonomi, tradisi wiwitan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi setiap keluarga petani. Karena konsep kerja tradisional ini adalah untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah dan mencegah terjadinya hal-hal buruk di lahan, maka proses budidaya padi dapat berjalan dengan lancar.
Aspek Lingkungan, Dari segi aspek lingkungan masyarakat Jawa menjalankan tradisi wiwitan untuk menjamin kelancaran budidaya padinya, untuk itu diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dan alam lingkungan.
Begitulah konsep kebudayaan dan kearifan lokal yang masih eksis dalam bentuk tradisi wiwitan yang masih menjadi kepercayaan masyarakat adat khususnya beberapa daerah yang ada dipulau jawa. Hal ini telah menjadi kegiatan maupun aktivitas masyarakat jawa dalam dalam mengaplikasikan titipan leluhurnya dari sejak dahulu hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H