Saat COVID-19 sedang mengalami peningkatan kasus setiap harinya, penggunaan aplikasi telekonferensi dari semua instansi baik sekolah dan kantor juga naik pesat sampai 443 persen di Indonesia. Hal ini dikarenakan untuk tetap berjalannya aktivitas bekerja atau Work From Home (WFH), belajar dan juga konsultasi kesehatan dari jarak jauh.
Keseharian yang biasa dilakukan terpaksa harus dilaksanakan dari jarak jauh menimbulkan tantangan baru terutama dari segi jaringan telekomunikasi yang berbeda di setiap daerah menjadi sangat penting saat menggunakan aplikasi telekonferensi di masa pandemi COVID-19.
Aplikasi telekonferensi juga dianggap mengurangi biaya perusahaan sampai dengan 30% misalnya biaya untuk keperluan rapat atau pertemuan, biaya penginapan dan konsumsi. Dengan adanya aplikasi telekonferensi ini juga memudahkan setiap pengguna dalam satu ruang online meeting yang sama dan bisa dilakukan meskipun dari lokasi yang berbeda-beda.
 Mereka tetap bisa dengan mudah berkomunikasi tanpa harus meluangkan waktu untuk ke tempat yang ditentukan seperti saat sebelum kasus pandemi COVID-19 meningkat. Sekitar 63% orang memilih untuk menggunakan aplikasi telekonferensi untuk tetap terhubung dengan kerabat / keluarga, teman yang berada di luar kota ataupun luar negeri yang tidak bisa kita temui saat masa pandemi COVID-19 dengan kasus meningkatnya begitu drastis.
Lantas, bagaimana aplikasi telekonferensi akan bertahan ketika kegiatan yang dilakukan secara virtual selama masa pandemi COVID-19 tidak diperlukan?
Dikutip dari CNBC, aplikasi telekonferensi tampaknya tetap percaya diri jika platform mereka akan tetap diperlukan oleh masyarakat meskipun pandemi telah berakhir. Dan benar saja, masih ada sekolah dan kantor yang tetap melaksanakan hybrid mode atau biasa dikenal sebagai setengah Work From Home (WFH) dan setengah Work From Office (WFO) yang ternyata sudah diterapkan banyak perusahaan di dunia.
Sementara itu, tak dapat dipungkiri, aplikasi telekonferensi juga mengalami penurunan pendapatan diakibatkan pertemuan tatap muka yang telah kembali diterapkan di lingkungan masyarakat. Banyak orang yang akan terus mencari cara-cara berkomunikasi yang fleksibel yang bisa dikarenakan masyarakat yang tidak bisa hadir tatap muka, yang terhalang dengan negara yang berbeda, maka dari itu masyarakat masih tetap menggunakan aplikasi telekonferensi untuk mempermudah komunikasi meskipun setelah masa pandemi COVID-19.
Dengan pilihan hybrid working ini menguntungkan baik dari sisi aplikasi telekonferensi maupun sisi pekerja. Sekitar 90% orang pekerja mengakui puas dengan menggunakan aplikasi telekonferensi karena mereka tetap bisa melakukan hal lain atau multitasking saat sedang Work From Home (WFH) tanpa harus duduk didepan layar komputer untuk waktu yang lama seperti saat sebelum adanya pandemi COVID-19. Dengan 75% dari orang pekerja dapat melakukan tugas lain, 50.2% berkirim pesan atau chatting, 19.5% mengecheck social media dan 12.5% membaca berita online. Dikarenakan ini juga, aplikasi telekonferensi mengalami keuntungan yang begitu besar di tahun-tahun masa pandemi COVID-19 (April 2020 - Juni 2021). Yang kemudian mengalami sedikit penurunan pendapatan dan jumlah application downloaded karena telah diterapkannya hybrid mode di beberapa sekolah dan perusahaan.
Sumber: Kominfo.go.id
Editor : Jennifer Liu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H