Kuseruput kopi dingin pagi itu.
Tak manis.
Kucoba lagi.
Benar tak manis, pahit rasanya.
Entah berapa kali kusesap. Bukan lidahku yang salah.
Tapi Marni.
Jelas dia yang salah.
Marni yang membuat kopi pagi ini.
Seperti biasa, jam 6 pagi Marni bergegas.
Membersihkan meja dan menyapu lantai.
Mencuci gelas kotor bekas semalam.
Membersihkan asbak dari abu rokok.
Menyiapkan kopi yang akan ku minum jam delapan nanti.
Kopi sudah dingin tentu.
Tapi tak ada yang lebih tak enak dibanding kopi dingin yang pahit.
“Hidup sudah pahit, Mar, Jangan kau tambah dengan kopi pahit. Baiknya nikmati dengan segelas kopi manis.” Aku hanya bisa bergumam dalam hati.
Siang itu, kulihat Marni di pojok pantry.
Menangis sesegukan.
Ku Tanya “kenapa kau, Mar ?”
Ada jeda sampai marni bisa menjawab pertanyaanku.
“Mas Sunar, bang… Mas Sunar selingkuh.” katanya sambil menahan tangis.
Ah! pantas kopimu tak manis pagi ini.