Mohon tunggu...
Jen Latuconsina
Jen Latuconsina Mohon Tunggu... Dosen - Jen Latuconsina memiliki nama lengkap Muhammad Jen Latuconsina, S.IP, MA, yang biasa menggunakan nama pena M.J. Latuconsina. Lelaki berdarah Ambon ini, lahir di Masohi pada 30 Mei 1975 lampau. Ia meraih gelar S1 Ilmu Politik/Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin (2001), lantas meraih gelar S2 Ilmu Politik pada Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Gadja Mada (2008). Ia adalah seorang pribadi yang suka membaca, menulis dan fotografi. Ia banyak menghiasi media cetak lokal di Kota Ambon dengan berbagai artikelnya dalam bidang politik, pemerintahan, dan administrasi publik. Sebelumnya sejak tahun 2001 berprofesi sebagai jurnalis di Tabloid Catatan Kaki, Tabloid Suisma, Harian Info, Harian Ambon Ekspres, dan Tabloid Ekspresi. Pada tahun 2005 ia kemudian menekuni profesi dalam dunia akademik, dengan menjadi dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pattimura.

Pria

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Belas

12 April 2020   21:30 Diperbarui: 12 April 2020   21:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Tal lain adalah David Hume, seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia, kelahiran 7 Mei 1711 di Edinburg, Skotlandia lantas wafat pada 25 Agustus 1776 di Edinburg, Skotlandia. 

Salah satu karyanya yang hits yakni, “The Natural History of Religion”, yang diterbitkan pada 1755 lampau. Pada suatu kesempatan ia pernah mengungkapkan bahwa, “dan berapa angka terbesar ? nomor satu.” 

Tentu angka memiliki makna sebagaimana yang dipaparkan filsuf era abad ke-18 itu. Begitu juga angka 12 (dua belas) memiliki arti tersendiri tatkala kita narasikan sesuai dengan konteks historic, yang menandai terjadinya suatu peristiwa yang menggembirakan dan tidak menggembirakan.

***
Beranjak dari itu, angka 12 (dua belas) tak lain merupakan angka Arab atau angka Arab Barat, dimana angka Arab dalah sebutan untuk sepuluh buah digit angka yaitu ; 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 yang menggunakan sistem bilangan Hindu Arab. 

Dalam sistem ini dinyatakan bahwa bilangan "123" adalah satu kesatuan bilangan yang utuh, bukan angka sendiri-sendiri seperti pada sistem bilangan Romawi atau Cina. Angka Arab digunakan luas di seluruh dunia bersamaan dengan sistem penulisan huruf Latin.

Angka Arab memiliki dua varian yang berbeda, yakni Angka Arab Barat dan Timur. Di dunia Barat (Eropa & Amerika), istilah Angka Arab selalu identik dengan angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9; dikarenakan angka-angka ini diperkenalkan ke bangsa Eropa melalui Bangsa Arab. 

Namun di Indonesia, Angka Arab identik dengan angka-angka yang tercantum dalam kitab suci Alquran (angka Arab timur), yakni ٠, ١, ٢, ٣, ٤, ٥, ٦, ٧, ٨, ٩; dikarenakan rakyat di Indonesia terlebih dahulu mengenal angka-angka ini dari Bangsa Arab.

Terlepas dari itu, angka 12 (dua belas) menjadi perhatian publik di level dunia, tatkala pada 12 April 1861 pecahlah Perang Saudara Amerika Serikat (1861-1865). Perang ini, juga dikenal sebagai Perang Antar Negara Bagian. 

Sebelas negara bagian budak di Selatan mengumumkan pemisahan dari Amerika Serikat dan membentuk Konfederasi Amerika yang dikenal sebagai "Konfederasi", dengan memperjuangkan kemerdekaannya dari Amerika Serikat, yang dipimpin Jefferson Davis (1808-1889) seorang politikus dari Partai Demokrat dan seorang perwira.

Pemerintah federal Amerika Serikat didukung dua puluh negara bagian, kebanyakan negara bagian bebas yang telah menghapus perbudakan dan lima negara bagian budak yang kelak dikenal sebagai negara bagian perbatasan. 

Kedua puluh lima negara bagian ini yang disebut Uni, memiliki basis populasi dan industri yang lebih besar ketimbang Selatan. Setelah empat tahun perang berdarah itu, Konfederasi pun menyerah dan perbudakan dihapus di seluruh negara. Restorasi Serikat, dan Era Rekonstruksi yang mengikutinya berlangsung. Namun masih menyisahkan masalah yang belum selesai hingga beberrapa generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun