Gelisah mencumbu sunyi
dalam dekap gerimis luka
waktu gigil berselimut kabut
subuh melayari perkampungan
langit melukis airmata
luruh
Bulan telah pula mengujung
sungai-sungai mengalir mata air madu Â
menjadi kekal yang damai
wangi firdaus-Mu mengendus
langit menggambari hasrat
surga
Ketika kemarau karib menyelubungi
sesak memintal hati yang resah
juang gigih yang maha perih
sebab lapar nafsu mendahaga
terserak di tiap-tiap sudut
Masih adakah kabar langit
sementara kalbu tak pernah terbersit
terdengar telinga juga netra?
Hari-hari mengelupas
meninggalkan Ramadhan
dan Jannah tak pula terjamah
Imaji, 4 Juli 2016. 15:08
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!