Mohon tunggu...
Jen Kelana
Jen Kelana Mohon Tunggu... Mengajar -

Pejalan yang ingin terus berjalan. http://bolehsaja.net

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Menulisi Airmata

25 Juli 2017   09:10 Diperbarui: 25 Juli 2017   09:12 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara-suara menghela pinggiran kota
menakar malam dalam sekelebatan
waktu baginya hanyalah katalis
demi tenggelamnya serangkai angka
sebab perjalanan serupa debu-debu trotoar
menderu ditelan riuh kendaraan
hilang dan sekejap kembali pulang

Kita adalah orang-orang dari cerobong pabrik
setia menyusun nasib dari tetes-tetes keringat
melumer denyar kota pada lelap yang sekejap
dan berjejal rumah-rumah petak
karib menulisi airmata

Setelah mimpi terus menjadi mimpi
maka letakkan jeda bagi luka-luka
lalu petakan skenario pada jalan berikutnya


Imaji-Sungai Putih, Ultimo Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun