Mohon tunggu...
Jeni Meliana
Jeni Meliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tugas pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi Tradisi: Mejuk-jukan di Desa Bengkala Saat Malam Hari Raya Nyepi

11 April 2024   11:35 Diperbarui: 11 April 2024   11:37 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
             Sumber : Balipuspanews.com

Tradisi sama dengan adat yaitu adat istiadat magis dan keagamaan dalam kehidupan masyarakat adat termasuk nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan, yang di dalamnya ditetapkan aturan-aturan yang saling berkaitan dan ditetapkan sistem  serta peraturannya memuat segala gagasan tentang sistem kebudayaan untuk mengatur kegiatan masyarakat,  setiap desa pasti memiliki tradisi yang unik-unik salah satunya desa yang ada di Kabupaten Buleleng Kecamatan Kubutambahan yaitu desa Bengkala, dengan keunikan inilah Bengkala banyak disoroti oleh banyak kalangan tamu lokal maupun tamu manca negara.

Di Bengkala memiliki tradisi budaya yang unik salah satunya yaitu tradisi Mejuk-jukan dalam Kisah  Mejuk-jukan sendiri tidak lepas dari cerita rakyat desa bahwa dahulu kala, sebuah kejadian memilukan menimpa seorang gadis cantik di desa Bengkala, gadis cantik jelita yang mengalami nasib malang harus menanggung perlakuan kasar dan tidak senonoh dari laki-laki. Untuk memperingati peristiwa ini dan memberikan penghormatan kepada perempuan, tradisi mejuk-juk berlangsung di desa Pakraman Bengkala.

Cerita dari tradisi ini bermula pada masa masa pemerintahan Raja Jansadhu yang dikenal dengan prasasti Pakuan dan ditulis pada abad ke 11 dalam prasasti tersebut tertulis bahwa Desa Bengkala mempunyai wilayah yang memanjang hingga Desa Pakuan yang sekarang disebut Desa Pakisan Kecamatan Kubutambahan.

Di kisahkan pada hari Tahun Baru Saka, ada seorang gadis cantik yang tinggal di kawasan Kelandis, desa Pakuan, diperlakukan tidak senonoh oleh masyarakat setempat. Terakhir, para tetua desa setempat saat itu mempunyai kebijakan untuk mendirikan patung pelinggih  Ratu untuk peresmian Ratu Cantik, kuil ratu terindah ini masih terletak di kawasan Kelandis (desa Pakisan). Karena itu desa Pakuan (desa Pakisan) memisahkan diri dari desa Bengkala,  namun warga desa Bengkala tidak berani menyimpulkan bahwa pecahnya desa Pakuan (desa Pakisan) dengan desa Bengkala terjadi karena kasus dari putri cantik dari Bengkala ini.

Kata Mejuk-jukan ini berasal dari bahasa Bali yaitu Ngejuk yang artinya Menangkap, Permainan tradisional spontan ini merupakan permainan klasik khas desa Bengkala yang berlangsung secara rutin setiap tahun, tepat pada malam hari raya Nyepi. Mejuk-jukan (menangkap) sendiri mempunyai arti makna filosofis sederhana yaitu mengetahui cara menghormati status perempuan di masyarakat.

Saat tradisi mejuk-jukan (menagkap) ini dilakukan pemuda yang sudah di tunjuk sebagai tukang juk (menangkap) ini bersiap-siap dan diarahkan oleh prajuru adat, lalu mereka menargetkan seorang gadis, mereka berkeliling lalu mengakap 5 seorang gadis dari Bengkala, gadis-gadis tersebut dinobatkan menjadi Ratu Bengkala, selain paras yang cantik gadis-gadis tersebut akan menjadi contoh bagi truni (gadis) yang ada di desa Bengkala untuk berpakaian, bertingkah laku agar tidak terulang kembali kejadian seperti dahulu. Gadis yang di tangkap tidak tahu bahwa dirinya akan di tangkap oleh pemuda, agar tidak was-was. Setelah tradisi mejuk-jukan ini dilakukan dilanjutkan dengan pengarakan (pawai) ogoh-ogoh yang mengelilingi desa Bengkala.

Pada saat sebelum pawai ogoh-ogoh seluruh warga Bengkala berantusias berkumpul di depan kantor desa, dan pertunjukan ini sangat dinanti-nantikan sekali oleh masyarakat Bengkala, terutama ibu-ibu yang menyaksikan tradisi ini karena pada saat dahulu tradisi ini tidak di pertontonkan dan tidak memiliki peraturan pada saat menagkap seseorang melainkan tradisi ini dilakukan di sungai pada saat gadis yang ingin kesungai di tangkap secara nyata dan tidak di pertontonkan kata salah satu ibu-ibu yang menjadi korban mejuk-jukan (menangkap) kala itu.

Jadi tradisi ini sangat di jaga sekali oleh warga Desa Bengkala, karna bersimbol sebagai penghormatan terhadap perempuan di Desa Bengkala,dan  ini juga salah satu cara menghormati leluhur sehingga menjadi tradisi budaya filosofis dari desa, warga desa Pakuan (desa Pakisan) membuat patung Ratu Bengkala sebagai simbol penghormatan kepada Ratu desa Bengkala.  Karena adanya tradisi ini Desa Bengkala banyak disoroti oleh kalangan tamu lokal maupun di kalangan manca negara. Salah satu penyarikan yang ada di desa Bengkala menyatakan bahwa tradisi Mejuk-jukan ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan diwariskan secara turun temurun.

Sekian dari saya terima kasih

Ni ketut Jeni Meliana 

SUMBER :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun