Jika berbicara tentang masakan nasional, apa yang terlintas di pikiran Anda? Tradisional, dimasak pertama kali ratusan tahun lalu, atau mungkin dimasak dengan resep turun temurun?
Itu dapat kita temukan pada rendang, sebuah masakan nasional Indonesia yang kaya akan filosofi dari Minangkabau. Namun hal tersebut tidak dapat ditemukan di masakan nasional negara tetangga kita, yaitu Thailand.
Sekilas memang masakan nasional Thailand satu ini tidak jauh berbeda dengan kwetiau goreng. Namun dari segi rasa sangatlah berbeda karena pengunaan saus dari pasta asam jawa dan kecap ikan atau mungkin dari taburan kacang tanah diatas pad thai.
Jika sate pertama kali dikenal pada abad ke-15 di Indonesia, pad thai justru dikenalkan oleh 'ayahnya' kepada masyarakat Thailand pada tahun 1930an. Ialah Perdana Menteri Plaek Phibunsongkhram, yang menjabat dari tahun 1948 hingga 1957, yang dikenal sebagai Ayah dari pad thai.
Revolusi Kebudayaan Thailand ala Phibun
![Pad Thai adalah masakan nasional dari Thailand | Foto milik Takeaway](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/14/600px-phat-thai-kung-chang-khien-street-stall-609e98b4d541df2b94202a33.jpeg?t=o&v=770)
Ia meluncurkan serangkaian reformasi yang dikenal sebagai Revolusi Kebudayaan Thailand. Tujuan dari revolusi ini adalah untuk mengangkat semangat nasional dan kode moral bangsa sekaligus menanamkan kecenderungan progresif dan kebaruan dalam kehidupan Thailand.
Apakah Anda pernah melihat masyarakat Thailand yang menyanyikan lagu kebangsaannya di bioskop atau tempat umum lainnya? Itu adalah salah satu dari 12 mandat yang Phibun keluarkan dalam rangka Revolusi Kebudayaan Thailand.Â
Mandat tersebut juga mengharuskan masyarakat untuk memberi hormat kepada bendera, tidak boleh menggunakan bahasa daerah, hingga mengganti kebiasaan makan yang awalnya menggunakan tangan menjadi menggunakan sendok dan garpu.Â
![Perdana Menteri Plaek Phibunsongkhram, 'Ayah' dari Pad Thai | Foto diambil dari Wikipedia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/14/field-marshal-plaek-phibunsongkhram-609e917a8ede4875cb3414f2.jpeg?t=o&v=770)
"Mi adalah makan siangmu"
Di saat yang bersamaan, Thailand saat itu sedang dilanda krisis beras karena bencana banjir dan juga efek dari Perang Dunia II. Â
Untuk mengurangi konsumsi beras di negaranya, Phibun mempromosikan mi sebagai pengganti beras. Hal ini disampaikan lewat pidatonya, yaitu: