Seluruh masyarakat Pontianak saling melengkapi dan gotong royong untuk mengantisipasi hingga mengatasi kebakaran yang kerap terjadi di Pontianak. YPK swasta ini pun tidak pernah kekurangan relawan, masyarakat selalu berbondong-bondong mendaftarkan diri menjadi relawan ataupun menyumbang dana di YPK terdekat dari tempat tinggalnya. Tanpa ada paksaan, para relawan ini selalu dipenuhi dengan rasa bangga pulang setelah sukses menjinakan api.
Yayasan Pemadam Kebakaran swasta pertama di IndonesiaÂ
Pada tahun 1947, terjadi kebakaran besar yang membakar gudang produksi karet serta rumah pemiliknya. Saking besarnya api ini, kobaran api ikut membakar pemukiman padat milik masyarakat dan hampir membakar seluruh perkampungan Parit Pekong yang berada di tepi Sungai Kapuas. Terletak di seberang Sungai Kapuas, masyarakat yang berada di Pontianak Utara tidak dapat mengandalkan pasukan pemadam dari pemerintah karena harus menunggu pemadam datang menyebrangi sungai terlebih dahulu.
Kebakaran gudang karet tersebut adalah salah satu dari banyaknya kebakaran besar yang terjadi di Pontianak Utara. Masyarakat yang tidak dapat berbuat banyak saat itu hanya dapat pasrah melihat harta bendanya dilahap Si Jago Merah dan menunggu pemadam kebakaran yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk datang ke TKP.
Bermodalkan dua unit mesin pompa air bekas Gerbs Kronenburg Culemborg 3000 RPM dari merk Puitent Fabriek buatan Jerman, Sung Jie Hien, Liaw Thiam Sen dan Cong Thien Fo mendirikan Badan Pemadam Api Siantan (BPAS) pada tahun 1949. Kedua mesin bekas yang dibeli seharga Rp 20.000 dari sumbangan warga setempat menjadi awal dari YPK swasta pertama dan paling tua di Pontianak. Hingga sekarang, BPAS menjadi salah satu dari puluhan YPK di Kota Pontianak yang selalu siap siaga 24 jam membantu masyarakat.Â
Genap berusia 72 tahun pada 13 Februari 2021, 2 mesin bekas tersebut hingga sekarang masih digunakan dan mendapatkan perhargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI) sebagai mesin pemadam kebakaran tertua di Indonesia.
Banyaknya YPK swasta yang didirikan di Pontianak juga didasari dengan tujuan yang sama dengan BPAS. Salah satunya adalah Yayasan Bhakti Raya yang didirikan pada 15 tahun yang lalu setelah kejadian kebakaran di salah satu vihara di Kubu Raya sekitartahun 1990-an yang hangus terbakar tanpa tersisa setelah menunggu pemadam pemerintah yang terlambat.Â
YPK yang mulai memanfaatkan perkembangan teknologi
Setelah mendapatkan laporan terjadinya kebakaran di mana pun walaupun jaraknya jauh dari pos , YPK wajib membunyikan sirine yang dipasang di setiap pos pemadam kebakaran. Sirine ini selain berguna untuk menginformasikan masyarakat bahwa telah terjadi kebakaran juga berguna untuk memanggil para relawan untuk berkumpul dan segera menuju ke TKP.Â
Dengan semakin majunya teknologi, kebiasaan YPK dalam menginformasikan kejadian kebakaran juga sudah berbeda. Sekarang para relawan di YPK kerap melakukan Live di Facebook yang menayangkan perjalanan mereka dari pos pemadam kebakaran menuju TKP. Pemanfaatan perkembangan teknologi ini sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi kebakaran lebih cepat.Â