Dalam hubungan antar negara, banyak dibentuk aliansi antara dua negara atau lebih yang dibentuk dengan tujuan bekerja sama untuk keuntungan bersama. Contohnya dari aliansi antara lain seperti aliansi Blok Sekutu yang dibentuk untuk melawan aliansi Blok Poros di Perang Dunia ke-2, atau aliansi yang masih aktif hingga sekarang seperti North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Berbeda dengan contoh yang disebutkan diatas, Milk Tea Alliance atau Aliansi Teh Susu bukanlah aliansi politik resmi, melainkan sebuah gerakan pro-demokrasi yang dibentuk berdasarkan rasa solidaritas oleh demonstran yang melawan pemerintah otoriter. Aliansi Teh Susu mulai dikenal ketika para aktivis pro-demokrasi dari Hong Kong dan Taiwan menyemangati demonstran pro-demokrasi di Thailand.Â
Perlu digaris bawahi bahwa demonstran dari ketiga negara tersebut memiliki tuntutan yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu melawan pemerintah yang otoriter. Dukungan tersebut ditunjukkan dengan seruan #MilkTeaAlliance yang mengutuk pemerintah di Twitter dan kebanyakan digunakan oleh generasi muda.  Hal unik yang ditemukan oleh penulis dalam aliansi ini adalah moto yang digunakan yaitu "Darah lebih kental daripada air, tetapi susu lebih kental daripada darah" untuk mengambarkan solidaritas Milk Tea Alliance.
Mengapa teh susu?
Seluruh negara peminum teh memiliki tradisinya masing-masing dalam meminum tehnya. Akan tetapi, budaya minum teh di setiap negara Asia memiliki perbedaannya sendiri. Thailand dengan Thai Tea, Taiwan dengan Boba Tea dan Hong Kong dengan Silk Stocking Milk Tea memiliki kesamaan yaitu menambahkan susu dan gula di budaya meminum teh. Berbeda dengan China, dimana masyarakatnya tidak menambahkan susu dan gula di tehnya. China disini merupakan pemerintah otoriter yang dilawan oleh demonstran dari Hong Kong dan Taiwan.Â
Dengan persamaan yang dimiliki 3 negara tersebut, terbentuknya aliansi karena persamaan tujuan, untuk melawan pemerintah otoriter, dan persamaan identitas, yaitu meminum teh dengan susu dan gula yang melahirkan Milk Tea Alliance.
Apakah memberikan dampak?
Penulis menemukan bahwa Milk Tea Alliance tidak memberikan dampak yang signifikan bila dilihat dari sisi pemerintah yang dituntut oleh para pendukung aliansi ini karena memang aliansi ini bukanlah aliansi resmi. Di mata pemerintah China atau pemerintah Thailand yang dianggap otoriter, aliansi ini tidak memberikan ancaman dan dianggap sebagai konspirasi.
Walaupun tidak memberikan dampak dalam pencapaian tuntutan, aliansi ini memberikan dampak psikologis. Milk Tea Alliance menunjukkan rasa solidaritas lintas negara dengan pemanfaatan sosial media sebagai media penghubung. Dikutip dari aktivis yang diwawancarai oleh Time, aliansi ini memberikan curahan solidaritas sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam perjuangan mereka dan meningkatkan semangat dalam mengekspresikan tuntutan mereka.Â
Selain itu, aliansi ini juga membuka jalur untuk membagi informasi, tips dan taktik ketika demonstrasi dilakukan. Tips yang diberikan oleh demonstran Hong Kong antara lain seperti menggunakan payung dan traffic cone untuk memadamkan gas air mata dan melakukan demonstrasi tanpa pemimpin yang memungkinkan keputusan dibuat dengan cepat. Selain digunakan di Hong Kong dan Thailand, tips ini juga ditemukan di seluruh demonstrasi di dunia tahun ini salah satunya di Indonesia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut penulis, tidak ada kemungkinan Indonesia akan bergabung dengan Milk Tea Alliance karena adanya perbedaan identitas, dimana budaya Indonesia yang tidak menambahkan susu di teh, dan juga perbedaan tujuan. Perbedaan tujuan ini penulis lihat dari demonstrasi pada Oktober 2020 dengan tujuan menunjukkan ketidaksetujuan masyarakat terhadap Omnibus Law, bukan melawan pemerintah otoriter seperti anggota Milk Tea Alliance.