Apakah Anda pernah mengunjungi IKEA? Jika pernah, Anda dapat dengan mudah menemukan perbedaan ataupun keunikan dari IKEA yang mungkin tidak dapat Anda temukan di toko lain yang menjual produk furnitur di Indonesia ataupun di dunia sekalipun.
IKEA memiliki total 445 toko di 52 negara dan di Indonesia Anda dapat menemukan IKEA di Alam Sutera dan Sentul City. Taukah Anda dibalik kesuksesannya, IKEA menggunakan prinsip psikologi yang mempengaruhi pikiran bawah sadar Anda ketika berbelanja disana?
Misi dari pendiri IKEA: harga murah tetapi desain dan fungsi yang bagus
IKEA didirikan pada tahun 1943 ketika pendirinya Ingvar Kamprad berusia 17 tahun. Sekarang, Kamprad menjadi salah satu orang terkaya di Dunia. IKEA sendiri merupakan singkatan dari nama pendirinya yaitu Ingvar; Kamprad dan tempat ia dilahirkan yaitu di perkebunan Elmtaryd; di desa Agunnaryd. Awalnya Kamprad hanya menjual pensil dan kartu pos, hingga 5 tahun kemudian ia mulai menjual furnitur.
Didirikannya IKEA sendiri adalah untuk menjawab pertanyaan dan ide dari Kamprad, yaitu “Kenapa produk furnitur yang bagus hanya dibuat untuk sedikit pembeli dengan harga yang mahal? Seharusnya memungkinkan untuk menawarkan desain dan fungsi yang bagus dengan harga yang murah”. Dari pertanyaan dan ide ini yang membuat IKEA memiliki keunikannya sendiri yang kemudian menjadi sebuah ciri khas, yaitu toko furnitur yang terjangkau dengan desain yang menarik dan fungsi yang beragam.
Desain seperti labirin
Contoh peta IKEA yang seperti labirin
Bukan hanya menarik di mata, IKEA juga menarik pikiran bawah sadar Anda. Anda mungkin tidak sadar, tetapi hal tersebut terjadi dan menjadi pemicu ketika Anda mengambil keputusan ketika membeli produk IKEA. Hal ini diterapkan oleh IKEA dalam desainnya yang kreatif ketika memposisikan produk yang dijual.
IKEA didesain seperti labirin yang sangat besar, hingga Anda membutuhkan sebuah peta, dan desain ini bukan terjadi karena ketidaksengajaan. Desain seperti labirin ini merupakan usaha IKEA agar Anda dapat menghabiskan lebih banyak waktu di tokonya. Tata letak yang sengaja dibuat membingungkan membuat Anda bingung dan rentan tergoda untuk melakukan pembelian impulsif diluar niat awal Anda.
Selain seperti labirin, produk juga disusun secara kronologis dengan tujuan membantu Anda membayangkan sebuah proses kehidupan yang ideal melalui furnitur. IKEA memperlihatkan produknya yang tersusun di kamar-kamar kecil dan ketika Anda tertarik dengan sebuah produk, Anda dengan tidak sengaja mulai membayangkan bagaimana jika produk tersebut diletakkan di kamar Anda.
Desain labirin ini juga membuat Anda tidak dapat melihat produk apa yang selanjutnya akan muncul. Sehingga ketika Anda tertarik dengan sebuah produk, Anda akan mengambilannya dan memasukkannya ke troli Anda dengan rasa ketakutan di sisi labirin lainnya Anda tidak bisa menemukannya lagi dan sulit untuk kembali lagi.
Labirin ini juga menciptakan sebuah rasa misteri di pikiran bawah sadar Anda ketika Anda tidak bisa melihat produk selanjutnya yang akan muncul. Rasa misteri ini yang akan membuat Anda tertarik dan terus berjalan ke dalam labirin buatan IKEA.