Mohon tunggu...
Pendidikan

Apakah Masih Ada Orang Baik di Zaman Ini?

5 Mei 2015   20:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini merupakan bentuk analisis saya terhadap artikel yang ditulis oleh Goenawan Mohamad yang diberi judul "Baik". Artikel tersebut dimuat dalam catatan pinggir majalah Tempo pada 21 Agustus 2011.

Dalam artikel yang berjudul baik ini, Goenawan Mohamad secara tidak langsung ingin menyampaikan sebuah pesan bagi para pembacanya. Tema yang ia bawakan sangat dekat dengan kehidupan kita saat  ini dan kita semua sebagai manusia pasti ingin memiliki sifat ini. Namun, entah mengapa saat ini, manusia sangat sulit mempertahankan sifat ini mungkin karena tidak didukung oleh kondisi dunia saat ini yang telah kacau balau sehingga manusia sebagai anggota di dalamnya pun harus seolah-seolah mengikuti arus yang sudah tercipta dalam lingkupnya.

Suatu ketika, ada 3 orang dewa yang sedang mencari-cari di manakah keberadaan orang baik di muka bumi ini? Selama ini, dewa-dewa tersebut hanya berhasil menemui orang-orang yang memiliki sifat kekejian, tamak, dan sifat buruk lainnya. Namun, suatu ketika dewa-dewa ini sedang mencari sebuah penginapan untuk tinggal menetap sebentar. Tidak ada satu pun orang yang mau menerima mereka, kecuali satu orang pelacur yang bernama Shen Te. Ketika bertemu pelacur ini, dewa-dewa itu pikir, mereka telah menemukan apa yang telah mereka cari selama ini. Akhirnya, untuk membalas kebaikan si pelacur, dewa-dewa itu memberikan sejumlah uang agar si pelacur dapat membuka sebuah kedai tembakau. Dari kedai tersebutlah, dewa-dewa ingin melihat apakah si pelacur ini benar-benar memiliki sifat yang selama ini mereka cari. Walaupun dalam keadaan apapun, apakah si pelacur tersebut dapat mempertahankan sifat baiknya tersebut?

Setelah saya membaca artikel ini, saya bisa begitu banyak mendapatkan sebuah pesan moral penting yang dapat saya pelajari. Jarang sekali dalam zaman yang sudah sangat modern seperti ini, kita dapat jumpai kejadian-kejadian yang mirip seperti itu. Zaman yang sudah begitu sangat maju membuat kita sebagai anggota dari zaman ini secara tidak langsung akan mengikuti arus zaman yang ada. Kebanyakan orang dalam zaman ini sudah sangat sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mau ikut campur lagi dengan urusan orang lain.  Seringkali, kita sebagai manusia yang sudah jatuh dalam keberdosaan sangat sulit sekali untuk mempertahankan sifat yang sesuai dengan kebenaran. Kita selalu menganggap bahwa perilaku yang dilakukan oleh mayoritas orang adalah perilaku yang benar sehingga kita pun harus mengikutinya. Baik itu perilaku buruk ataupun perilaku baik, asal dilakukan oleh mayoritas orang, kita pun akan mengikutinya juga. Dengan zaman yang sudah sangat kacau membuat kita pun jadi harus mengikuti keadaan yang terjadi di sekitar. Kita sangat sulit sekali mempertahankan sifat yang memang pada dasarnya sudah benar. Mungkin karena manusia telah jatuh dalam dosa, sehingga apapun diputarbalikkan tidak sesuai dengan fakta. Lalu, bagaimana kita sebagai pembaca bisa menanggapi permasalahan ini?

Kemudian, kita sebagai manusia juga seringkali selalu melihat orang lain dari luarnya saja atau dari fisiknya saja. Terkadang, kita terlalu cepat menyimpulkan apakah orang tersebut benar-benar baik hanya dari penampilannya saja. Semua orang sadar bahwa penampilan itu sangat penting dalam zaman ini, sehingga membuat banyak orang mau tidak mau berlomba-lomba untuk menutupi dirinya yang sebenarnya sehingga tampil sesuai dengan apa yang mayoritas inginkan. Secara tidak sadar sifat inipun lama-kelamaan akan terus berkembang dalam tip diri manusia dan menimbulkan sifat jelek lainnya. Karena, terlalu banyak melihat orang lain dari luarnya saja, membuat setiap dari diri kita secara tidak sadar akan menuntut orang lain berpenampilan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan dan inginkan. Padahal jikalau dipikir-pikir, setiap manusia mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri, tapi karena zaman sudah sangat begitu maju, membuat kebanyakan orang secara tidak sadar diatur oleh keadaan sekitar dan menuntut dirinya pun untuk menaati setiap tindakan yang mayoritas lakukan.

Lalu, ketika kalian akan membaca artikel ini hingga selesai, kalian semua akan menemukan sepenggal kalimat yang berbunyi demikian, “orang merasa diri paling jujur dan menuntut seseorang harus jujur.” Ketika pertama kali membacanya, jujur saja saya sangat setuju dengan kalimat ini, karena ini merupakan kalimat yangs sesuai dengan fakta saat ini. Sudah saya singgung sedikit di atas mengenai “kita selalu menuntut orang lain untuk mengikuti apa yang kita inginkan.” Kalimat ini memang benar, kita seringkali sebagai manusia berdosa selalu menganggap diri paling benar dan menuntut orang lain pun untuk melakukan tindakan yang kita anggap benar. Padahal jikalau dipikir-pikir, saat kita berada dalam posisi orang yang kita tuntut bertindak demikian, kita pun sebagai manusia pasti tidak akan menerimanya dan lagi-lagi mungkin kita pun akan juga menuntut balik orang tersebut untuk melakukan tindakan yang kita anggap benar juga. Jadi, sampai kapankah kejadian ini akan berakhir?

Hal yang terakhir adalah mengenai sebuah kalimat yang berbunyi demikian, “manusia akan tetap sesuai dengan esensinya, yaitu busuk.” Saya setuju dengan pernyataan ini. Kalimat tersebut memang ada benarnya, yaitu manusia sudah “busuk” karena setiap manusia yang ada di dunia ini sudah jatuh dalam dosa sehingga menjadikan dirinya pun menjadi tidak bersih lagi dan tidak akan kembali seperti semula saat manusia belum jatuh dalam dosa. Ketika manusia telah jatuh dalam dosa, membuat dirinya seperti tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang jahat. Sehingga setiap dari diri kita akan melakukan tindakan yang benar sesuai dengan apa yang kita anggap benar. Kita akan sulit sekali mengambil tindakan yang memang benar pada esensinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun