Program makanan gratis seringkali menjadi solusi pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, program makanan gratis ini juga bisa memicu perdebatan, seperti manfaat jangka panjang dan risiko yang muncul. Program tersebut juga membuat kita bertanya-tanya apakah program ini benar-benar efektif atau malah menciptakan dampak negatif pada masyarakat (Suhartono, 2019).
Tujuan inti dari program ini adalah membantu masyarakat yang kekurangan memenuhi makanan sehari-hari. Masyarakat yang kekurangan cenderung memiliki badan yang sangat kurus karena tidak memiliki uang untuk membeli atau memasak makanan bergizi. Dilansir dari Kementerian Sosial (2020), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di Indonesia memberikan bahan pokok kepada masyarakat membutuhkan. Hal ini membantu mengurangi angka kelaparan dan meningkatkan kualitas hidup.
Program ini sering diberikan kepada anak sekolah, seperti makan siang gratis. Dikutip dari World Food Programme (2021), anak-anak yang mendapat gizi cukup cenderung lebih fokus belajar, serta tumbuh sehat dan lancar. Contohnya, program yang dilakukan Presiden Prabowo di sekolah-sekolah negeri mendorong siswa dari keluarga kurang mampu tetap bersekolah.
Masalah utama program ini adalah biaya besar. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2021), anggaran negara dapat terbebani jika program berjalan tanpa evaluasi, sehingga mengganggu sektor lain, seperti pendidikan atau infrastruktur. Selain itu, ada kekhawatiran program ini membuat masyarakat merasa dimanjakan. Orang yang kekurangan mungkin kehilangan motivasi untuk bekerja karena makanan sudah disediakan pemerintah. Anak-anak juga bisa terbiasa dimanjakan, sehingga sulit mandiri saat dewasa.
Suhartono (2019) juga menambahkan bahwa program makanan gratis memiliki dampak positif bagi masyarakat kekurangan, terutama anak-anak yang membutuhkan gizi tambahan. Namun, pelaksanaannya perlu diawasi dengan baik agar tidak menimbulkan ketergantungan atau membebani anggaran. Dengan transparansi dan program pemberdayaan, program ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi kemiskinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H