Mohon tunggu...
Yuni  Andriyani
Yuni Andriyani Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta, Always Smile and Hard Worker, Nrimo ing Pandum, dll visit my web - jengyuni.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Potensi Industri Halal Indonesia Besar, Kenapa Tertinggal?

10 Januari 2018   01:32 Diperbarui: 10 Januari 2018   03:15 6388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Halal - www.i.dawn.com

Industri halal kini semakin diminati banyak negara di dunia. Produk-produk halal tidak hanya identik bagi kebutuhan masyarakat muslim saja, masyarakat non muslim di dunia juga mulai memilih mengkonsumsi produk halal.

Mencermati Global Islamic Economy Report Tahun 2016/2017, nilai belanja makanan dan gaya hidup Halal di dunia (food and lifestyle sector expenditure) mencapai angka US$1,9 triliun pada tahun 2015 dan prediksi akan naik menjadi US$ 3 triliun pada tahun 2021.

Melihat potensinya yang bersar ini, negara muslim maupun non-muslim berlomba-lomba menggarap bisnis berbasis syariah. Thailand yang 94,63% penduduknya beragama Budha Theravada sukses sebagai eksportir produk pangan bersertifikasi halal terbesar di dunia. Sementara itu, Tiongkok berjaya mengapalkan bahan sandang halal ke Timur Tengah.

Jepang dan Korea Selatan saat ini juga sangat aktif dalam mengembangkan industri halal, padahal kedua negara tersebut mempunyai jumlah penduduk muslim sangat sedikit.

Kalau kita lagi jalan-jalan ke supermarket kemudian mememukan produk kosmetik bernama JNH, tahukah anda kalau produk bersertifikasi halal dari GIMDES Turki ini berasal dari Korea Selatan di mana mayoritas penduduknya adalah "pengahayat kepercayaan" bernama Syamanisme yakni gabungan dan praktik kepercayaan yang dipengaruhi agama Budha dan Taoisme.

Bagaimana Indonesia ?

Potensi bisnis industri halal di Indonesia sebenarnya sangat dahsyat dam mempunyai peluang besar untuk mendunia. Bagaimana tidak, secara angka Indonesia mempunyai resources demografi yang besar dimana 87,18%  dari 237.641.326 juta total populasi nasional adalah umat muslim.

Namun sangat disayangkan bahwa sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, (sementara ini) Indonesia masih (hanya) menjadi tujuan pasar produk-produk halal dari luar negeri dan belum menjadi pemain penting dalam industri ini secara keseluruhan.

Menurut laporan Global Islamic Economy Report (GIEI), secara ranking Indonesia menempati posisi 10 (sepuluh) dengan score 36. Walaupun posisi ini masih lebih baik ketimbang Singapura (32) tetapi masih jauh tertinggal dari Malaysia yang berada diposisi pertama dengan score 121.

Global Islamic Economy Report (Infografis Pribadi)
Global Islamic Economy Report (Infografis Pribadi)
Dari enam sektor GIEI, Indonesia hanya masuk dalam 10 besar pada sektor sektor keuangan berbasis syariah (Islamic Finance) di posisi 9 dan obat-obatan & kosmetik halal (Halal Pharmaceuticals and Cosmetics) berada di posisi 8.. 

Global Islamic Economy Report (Infografis Pribadi)
Global Islamic Economy Report (Infografis Pribadi)
Kinerja sektor keuangan syariah di Indonesia memang sangat baik. Hingga pertengahan tahun lalu asetnya sudahmencapai Rp 271,3 triliun yang berarti tumbuh 6,74 persen dibanding Desember2016. dengan market share domestic mencapai sekitar 4.8%.

Pesatnya sektor keuangan syariah tak lepas dari dukungan pemerintah selama hampir dua dekade. Lebih-lebih ketika pemerintah di era Presiden Jokowi mederegulasi sektor ini dengan mengeluarkan paket kebijakan ke-5 yang salah satu poinya adalah menyederhanakan proses perijinan untuk produk-produk baru perbankan syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun