Mohon tunggu...
retno wulan
retno wulan Mohon Tunggu... -

Beroleh kesempatan ke luar negeri sejak tahun 2001, bekerja sekaligus memperluas cakrawala pandang. Awalnya iseng-iseng nulis diary, terus menjajal di Friendster dan Facebook untuk renungan rohani, tapi mau menjajal nih ke kompasiana untuk tulisan soal jalan-jalan di Eropa dan negara sekitarnya. Pandangan sebagai turis lokal tapi juga internasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Let Go..Let God

9 November 2010   14:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Let Go and Let God.Seringkali kita mendengar hal ini dan mungkin membacanya, tapi apa kitasungguh memahaminya? Sadarkah kita ketika kita mengatakan itu dalam doa, berarti kita serahkan dalamTuhan, apa yang menjadi milik Tuhan yang selama ini dipinjamkan kepada kita, tetapi kita kemudian menjadi posesif dan serasa telah memilikinya? Bentuknya bisa bermacam-macam, dari harta, kedudukan, keluarga, anak, istri/suami, orangtua, keluarga, teman, pernikahan, tempat tinggal, pekerjaan dan sebagainya.

Inilah kisahku untuk Let Go dan Let God mengambil dari kisah Abraham. Bukan hal mudah, karena sungguh umum kita ingin memiliki sesuatunya selama mungkin, tetapi Allah mengingatkankubahwa apapun yang aku miliki adalah pinjamandari Allah dan bersifat sementara, tidak bisa kubawa mati dan sifatnyatidakkekal.

Masih ingat cerita Abraham yang diminta mempersembahkan anak tunggalnya, Ishak? Busyet..anak yang ditunggu-tunggu puluhan tahun, akhirnya muncul sebagai keajaiban, istrinya (Sarah) hamil pada masamati haid, yangsampai membuat Sarah ketawa-ketawa waktu mendengarmalaikat mengatakanpada suaminya bahwa ia akan hamil. Hihihihi, hamil saat dia berumur 90 tahun?

Kejadian 18:13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?

Hahaha..lucu sekali…maka ketika lahir anaknya dinamakan Ishak dan itu membuat Sarah tertawa gembira. Tapi bukankah Tuhan selalu memiliki cara yang unik untuk menghibur kita, yang kadang menggelikan, karena begitu susah masuk di akal. Tetapi itulah Allah kita.

Kejadian 21:6 Berkatalah Sara: "Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku."

Lalu…bagaimana mungkin, anak yang dijanjikan dan ditunggu-tunggu, begitu lahir dan menjelang remaja, diminta Allah sebagai korban persembahan bakaran?

Menurut awam seperti kita umumnya, mudah saja untuk menuduh Allah, wah Allah semacam apa itu? Kejam sekali!!! Anak sudah dikasih, eh kok diminta lagi, Tuhan….sudah begitu dimintanya untuk korban persembahan bakaran, pula.

Kejadian 22: 2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."

Mau dijadikan Ishak bakar? Yang bener aja..tetapi naluri manusia kita bukankah seringkali ingin meloncat ke kesimpulan buruk semacam itu, ketika melihat sesuatuyang Tuhan minta, nampaknya begitu bertolakbelakang dari harapan dan pemikiran kita yang terbatas.

Syukurlah, Abraham tidak memelihara keinginan untuk mereka-reka apa maunya Allah, hanya menurut saja apa yang dimintaNya. Dibawanya kayu bakar dan dua bujangnya, membawa anak kandung satu-satunya, Ishak, ke atas gunung.

Mungkin dalam perjalanan, dia terus berdoa, karena siapa pula yang tidak rontok hatinya, ketika akhirnya ditanya anaknya,Ishak demikian ini.

Kejadian 22:7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"

Tentu saja, Abraham kelu hatinya, kalau harus mengatakan, `Anakku, engkaulah bakal korban bakaran itu seperti yang dikatakan Allah kepadanya. Tapi, yang keluar dari mulut Abrahan ;‘Tuhan akan menyediakannya.‘

Dari kata-katanya, Abraham nampak begitu yakin dan penuh iman akan kesetiaan dan kebaikan Allah. Ia lebih fokus untuk setia melaksanakan perintah Allah, ketimbang mereka-reka dalam pikirannya apa yang akan terjadi nanti, (Bagaimana kalau anaknya nanti harus mati dibakar sebagai persembahan? Mana mungkin Sarah hamil lagi setelah Ishak mati? Atau apakah Ishak akan dihidupkan lagi oleh Allah sesudah dibakar dan api tidak menyentuhnya?) yangmungkin pemikiran mereka-reka itu akhirnya malah menjadikan dia panik, cemas , histeria atau mungkin ketakutan atas masa depan yang dia sungguh tidak tahu.

Dan Tuhan tersentuh oleh kepatuhan dan kesetiaan Abraham, hingga Ia mengatakan, ketika Abraham hendak menghunuskan pisau untuk membunuh anaknya bagi persembahan Allah, `Sudah cukup…..Aku sudah melihat kepatuhanmu melebihi rasa kasihmu pada anakmu sendiri.

Kejadian 22: 1 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."

Kasih Abraham terhadap Allah teruji melebihi apa yang sangat dicintainya didunia ini, anak kandungnya sendiri. Dan selanjutnya ditemukan domba jantan yang tersangkut tanduknya diantara semak-semak, dan dijadikan persembahan. Bukan suatu kebetulan, tentu saja, domba itu tersangkut.

Kalau Abraham tidak patuh, mungkin juga tidak ada domba yang tersangkut disitu. Tapi, sekali lagi, Tuhan tidak bisa dimasukkan ke suatu formula, kalau patuh, pasti ada domba, kalau tidak patuh, tidak ada domba. Yang jelas, apakah pasti ada domba disitu atau tidak, Abraham tidak tahu dan tidak perlu tahu. Kepatuhan adalah kuncinya, untuk prioritaskan Tuhan lebih dari segalanya.

Abrahamtelah mempraktekkan Let go, dan Let God. Bagiku, untuk menjadi seorang yang let go, dan let God, bukan hal gampang. Ini dia ceritanya….

Ketika sahabat baikku T meninggal tahun lalu, aku sangat devastated. Pertama, aku belum pernah punya pengalaman kehilangan sahabat baik karena meninggal dunia. Kedua, iasahabat yang aku merasa tidakmemiliki vested interest selain bersahabat, ketiga,dia sahabat pria satu-satunya yang aku miliki di Jermanyang seumuran dan aku baru kenal 3 bulan saja sebelum dia meninggal, terlalu pendek masa hidupnya disini, keempat, dalam waktu masa hidupnya yang pendek itu, dalam persahabatan itu, dia begitu baik, perhatian, menghibur dantidak sekalipun dia mengecewakan aku.

Mungkin, karena waktu kenalku begitu pendek, aku belum sempat mengetahui kekurangan-kekurangannya, karena tidak mungkin manusia bisa sempurna. Bukan di dunia ini. Dan aku tak pernah memperoleh kesempatan melihat dan mengalami sisi buruknya, karena waktu kenal yang begitu pendek.

Kalau saja ada kesempatan dalam persahatanku dengan T hal-hal yang mengesalkan, seperti perilakunya tolol, tidak bertanggungjawab, bodoh, atau perilaku buruk lainnya, mungkin akan mudah bagiku untuk let go.Mungkin aku akan berpikir, `Ya sudahlah kalau meninggal, masih banyaklah stocknya kalo brengsek semacam begini`.

Tapi, masalahnya waktu kenalku terlalu pendek, aku tidak sempat mengalami pengalaman buruk atau mengesalkan dengannya, maka sungguh membuatkutersentak tak berdaya ketika dia meninggal mendadak. Pikirku, kemana lagi akan kudapatkan seorang sahabat pria dengan kualitas semacam itu di Jerman ini?

Pertama, aku menangis protes pada Tuhan kenapa aku bertemu dan mengenalnya pada hari ulangtahunku. Tiba-tiba aku menyesalkan persahabatan kita ynag terlanjur terjadi. Kalau kita tidak pernah bertemu, mungkin aku tidak perlu merasa kehilangan begini pada saat dia meninggal. Aku bahkan sempat menyesalkan kebaikan dan ketulusan hatinya padaku,. Oh..seandainya diabrengsek dan kurang ajar, tentu lebih mudah bahkan untuk tidak mengenalnya sama sekali dari awal.

Mengapa harus mengenal dia dengan persahabatannya yang tulus dan baik, hanya untuk mendapati dia meninggal dunia 3 bulan kemudian setelah pertemuan kami secara mendadak? Padahal, tidak ada tanda-tanda persahabatan kita akanmenjadi begitu pendek, aku pikir bahkan persahabatan ini akan lama bahkan sampai penempatanku di Jerman selesai.Mungkin kitakemudian akan saling berkunjung di waktu akan datang kalau dia dan aku berpindah negara. Begitu banyak rencana di kepala kami masing-masing akan masa depan.

Ketika, aku sibuk merajuk dan mengeluh pada Tuhan setelah kematiannya, tiba-tiba aku diingatkan firman Tuhan akan kisah Yunus yang kecapekan setelah mengkotbahi orang Niniweh agar bertobat dengan jangka waktu 40hari.Tapi yang terjadi orang Niniweh bertobat, dan Tuhan menyesal dan batal menunggangbalikkan kota Niniweh.

Yunusjelas kesal bukan main,sudah menghindarkan diri agar tidak melakukan permintaan Tuhan sampaimau melarikan diri ke Tarsis, eh malah dibuang kapten kapal karena dianggap pembawa sial, hingga akhirnyasampai masuk perut ikan 3 hari 3 malam, eh,setelah begitu dilaksanakan tugasnya, bangsa Niniweyg diperingatkannya,ternyatabertobat..

Bukannya bahagia, Yunusmalah kesal. Mungkin Yunus berskenario bahwa nasibbangsa Niniwe akan seperti Sodom dan Gomorrah, apalagi dengan perjuangannyayang sampai harus dibuang ke laut dan masuk perut ikan. Kalau bangsa Niniwebakal bertobat, what is the point dari seluruh penderitaan Yunus sampai harus masuk perut ikan???

Mungkin Yunus protes dalam hati, `aku kan sudah menderita untuk melaksanakan perintahMu Tuhan? Kok ternyata balasannya begini? Kok bangsa Niniwe akhirnya cepat bertobat? Kok akhirnya Engkau tidak jadi menunggangbalikkan Niniweh? Kalau begitu, ngapain pakai suruh aku segala ke Niniweh? Lihat aku jadi nampak begitu tolol sekarang, bernubuat, namun tidak terjadi, karena Engkau berubah pikiran menjadi mengasihibegitu melihat bangsaNiniweh bertobat.

Lihat argumentasi Yunus berikut ini kepada Tuhan dalam kekesalannya pada Allah, karena merasa upayanya sia-sia.

Yunus 4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

Saking kesalnya, bahkan Yunus mengatakan hal ini pada Allah

Yunus 4: 3Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."

Lihat, begitu riil hubungan Yunus dnegan Allah, seperti dengan bapaknya saja. Ia begitu ngambek, dan kesal banget karena cuma dapat capek doang, hasilnya nggak seperti Yunus harapkan.

Serunya, Tuhan menjawab loh kekesalan hati Yunus ini dengan mengatakan demikian

Yunus 4:4Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"

Nggak menjawab balik, akhirnya Yunus memilih mendirikan pondok untuk istirahatdengan hati yang kesal. Atas penentuan Allah, tiba-tiba tumbuh satu pohon jarak yang menaungi kepala Yunus, sehingga ia tidak kepanasan lagi terkena sinar matahari langsung dan terhibur. Ini yang aku suka dari Allah, Ia menghibur orang yang kesal, padahal belum tentu orang itu attitudenya benar. Tuhan memang Allah yang lembut dan penuh kasih.

Yunus4: 6 Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepalaYunusuntuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya.Yunussangat bersukacita karena pohon jarak itu.

Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepalaYunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup." (Yunus 4: 7-8)

Yunus ngomeldan mengeluh karenapohon jarak itu matidimulai akarnya dimakan habis ulat pengerek plus angin panas sehingga layu dan mati dalam waktu yang pendek. Tuhanpun bertanya, Ia rupanya sedang mengajar Yunus dengan analogi untuk memahami Dia.

Yunus 4: 9 Tetapi berfirmanlah Allah kepadaYunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."

Lihat jawaban Yunus masih ketus, ia merasa layak marah-marah sampai mati. Ngambek juga ada loh pada nabi. Ini salah satu contohnya. Hahahaha.

Kemudian Allah menjawab dengan bijaksana pada Yunus demikian : Yunus 4: 10 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.

Hal yang menarik dari Firman diatas adalah pohon jarak yang menaungi kepala Yunusitu dari teriknya matahari itu diciptakan Allah, begitupun ulat/cacingpengerek yang memakan habis akar tumbuhan itupun jugadiciptakan oleh Allah. Demikianadalah hak dan otoritas Allah untuk menumbuhkan dan juga menghabisi tumbuhan yang Dia ciptakan.

Ibarat kisah diatas, T sahabatku adalah seperti pohon jarak yang Tuhan taruh dalam hidupku untuk memberikan persahabatan, ketulusan hati dan kebaikan, kesetiaan ketika aku kelelahan dan kecapekan dalam hidup ini. Aku sungguh nyaman dengan persahabatan itu, seperti halnya pohon jarak itu menaungi Yunus. Namun usia pohon jarak itu begitu pendek, sama seperti usia persahabatanku dengan T ynag begitu pendek, hanya 3 bulan. Demikian pohon jarak itu mati dimakan ulat pengerek dan diterpa angin panas, maka sahabatku T meninggal mendadak karena stroke.

Demikian, aku memetik pelajaran dari pengalaman Yunus dan pohon jarak itu. Aku belajar menerima bahwa sahabatkuT adalah milik Allah dan ciptaanNya. Ketika tiba waktunya Tuhan mengambilnya, bukan hakku untuk mempertanyakan kenapa aku tidak bisa menahannya bersamaku lama-lama di dunia ini, karena ia jelas-jelas bukan milikku.

Tuhan meminjamkan dia sebentar padaku di dunia ini untuk menjadi sahabatku. Sahabatku dilahirkan dari ciptaan Allah, dan sungguhpun demikian kematiannya adalah kehendak Allah.

Daripada mengeluhkan dan mengomel menyesali ini itu, aku akhirnya memilih berbalik sikap dan menjadibersyukur pada Allah bahwa aku pernah mengenal Tyang demikian menjadi sahabat baikku disini, bersyukur bahwa dalam jangka waktu hidupnya yang pendek, Tuhan masih mempertemukan kami untuk menjadi sahabat baik, bersyukur bahwa ia memberi warna dan memaknai hidupku dengan suatu persahabatan yang berharga, bersyukur bahwa aku belajar soalLet go dan let God dengan kematiannya.

Begitulah salah satu pelajaran let go dan let God yang aku alami..bagaimana dengan kamu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun