Mohon tunggu...
Wurry Parluten
Wurry Parluten Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nama lengkap saya Wurry Agus Parluten. Saya manusia Indonesia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mini Bioskop di Bandara

4 Oktober 2014   11:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14123709441619534589

[caption id="attachment_363827" align="aligncenter" width="465" caption="bit.ly/ZCxtFc"][/caption]

Saya coba meneruskan #1001TiketFilmIndonesia dengan pendekatan beda, kalau dulu saya menonton film-film Indonesia, sekarang saya coba studi via internet untuk memahami masalah tiket ini. Sejauh ini, yang saya temukan bisa disimak di grup facebook Bioskop Indonesia.

Ternyata banyak hal yang saya temukan, termasuk salah satunya tentang... Bagaimana harga tiket film di bioskop bisa sama? Padahal harga produksi setiap film itu beda-beda? Ada film dengan budget mahal, ada film dengan budget murah.

Ternyata ini juga menjadi masalah utama karena Pengusaha Film (yang banyak mengeluarkan uang untuk produksi) pasti ingin modalnya kembali? Tapi Pengusaha Bioskop tahunya harga sama rata, mereka nggak mungkin menaikkan harga tiket untuk film dengan budget mahal. Paling yang bisa disiasati adalah, menayangkan film-film kelas A di bioskop untuk kelas menengah ke atas duluan, baru kemudian ke bioskop kelas menengah ke bawah. Tapi nantinya akan muncul tumpang-tindih masalah, sebab Pengusaha Bioskop manapun pasti ingin konsumen-nya duluan menikmati film tersebut. Ibarat kata, mumpung lagi up to date, dia pengen jor-joran duluan. Ini masalah klasik yang dari dulu sampai sekarang nggak kelar-kelar. Bisa kita simpulkan permasalahan ini dengan kalimat... Aturan main distribusi film di bioskop.

Kali ini saya nggak akan membahas masalah itu, saya justru menemukan sesuatu yang baru, minimal buat saya sendiri. Yaitu tentang hubungan tiket bioskop dan tiket bis. Akhir-akhir saya studi tentang jaringan bioskop di Amerika dan India, satu hari minimal satu jaringan yang saya bahas. Bisa di-cek pada “tag” kata “indowood” di bawah. Tapi kali ini, saya menemukan sesuatu yang beda, yaitu, program beli 1 tiket bis dapat 2 tiket nonton di bioskop.

Pertanyaannya kemudian adalah... Jika setiap tiket pesawat, tiket kereta api, tiket bis, dsb berhadiah 2 tiket bioskop, maka apa yang akan terjadi? Kalo saya naik kendaraan dari Palembang ke Jakarta, misalkan naik pesawat terbang lalu saya dapat hadiah tiket bioskop, yang saya lakukan adalah menonton dengan menggunakan tiket tersebut atau... Menghadiahi tiket tersebut ke ponakan saya yang kebetulan saya kunjungi di Jakarta. Ya, kita bisa membawa oleh-oleh berupa tiket. Nggak harus berupa makanan, kan?

Ide pun berkembang lagi saat saya pun berpikir tentang Mini Bioskop di Bandara. Bayangkan kalau pesawat kita delay lama, lalu apa yang kita lakukan? Misal kesempatan itu digunakan untuk menonton film di Mini Bioskop Bandara menarik juga, ya? Kalau delay-nya 4 jam saja, kita bisa nonton film minimal 2 sekaligus.

Kira-kira begitulah pemikiran saya sejauh ini. Sisanya, nanti dilanjutkan lagi. Mumpung lagi ketemu ide, saya tulis saja, mungkin berguna untuk semua kalangan, terutama penikmat film, pembuat film, pengusaha bioskop dan pengusaha film.

(Gelumbang / 4 Oktober 2014 / 04.06 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun