Sumber: tekno.kompas.com
Dari 13 Februari hingga 14 Maret 2015, saya sudah berulang kali ganti sinopsis. Pertanyaan yang muncul adalah, kenapa itu bisa terjadi? Pada prinsipnya, membuat skenario dengan dasar imajinasi memang bisa, ditambah sekarang fasilitas search engine cukup membantu.
Namun ada hal yang tidak bisa dijabarkan oleh riset via internet, yaitu, masalah keadaan riil di lapangan. Inilah yang menjadi kendala, kenapa saya masih kurang sreg dengan draft-draft sinopsis tersebut.
Secara garis besar, masalah utama dalam membuat film adalah tentang, bagaimana menyesuaikan apa yang ada di tulisan dengan kenyataan pada saat produksi nanti? Tidak salah juga untuk awal sinopsis, kita membebaskan imajinasi sehingga tahu sampai mana batas maksimal kemampuan diri. Namun setelah itu, ada baiknya menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Berbagai macam pertanyaan muncul saat menggodok materi ini, terutama berkaitan dengan kemungkinan trouble yang akan terjadi. Karena tidak ada pilihan, saya, Dwi Yulius Kaisal dan Julfitri Wazirul Akbar memutuskan untuk pergi riset ke lokasi (25 Februari 2015). Kami mengajak satu orang tambahan, yaitu Nailus Anshor.
Â
Tidak mudah buat kami untuk mengumpulkan uang agar bisa sampai di lokasi. Kami harus menunggu momen yang pas, agar bujet ke sana memadai dengan kantong kami yang orang kampung ini. Realistis saja, walau bagaimana pun kami orang biasa, bukan filmaker kelas kakap yang (mungkin) bisa dengan mudah mendapatkan dana untuk melakukan riset.
Satu hal yang selalu saya ingat tentang statement waktu itu adalah, "bahwa kami akan membuat film dari apa yang ada". Adanya ya begini, ya sudah, dimulai saja. Sementara jangan berfikir dulu bahwa film ini akan dibuat dengan peralatan yang "wah". Berfikir bahwa kami bisa membuat film berdurasi panjang saja sudah hebat. Itu saja konsep awalnya.
Â
25 Februari 2015... Perjalanan menuju lokasi pun dimulai, tanpa ada konsep tentang riset, bekalnya hanya sinopsis. Terus-terang, ini adalah perjalanan yang istimewa buat saya, sebab lokasi tersebut adalah bagian dari masa kecil. Saya tidak menyangka bahwa akan berada di tempat itu kembali. Saat tiba di sana, rasanya senang sekali bisa menghirup udara segar dan teriknya matahari.
Satu hal yang menjadi pikiran, dengan kondisi lapangan seperti itu, bagaimana kami mengadaptasi sinopsis ke dalam proses produksi. Saya merasa akan ada banyak kendala yang muncul di lapangan. Saya juga merasa bahwa lokasi cukup berat untuk produksi dengan basic yang berasal dari sinopsis. Pikir saya, untung skenario belum ditulis. Jadi saya masih punya kesempatan merombak cerita.