Seorang pengawas silang menemukan contekan di ruang yang diawasinya, satu kertas ditemukan ketika sedang dilempar, satu lagi ditemukan ketika pengawas curiga terhadap perilaku anak yang kelihatan sedang mencontek. Akhirnya dua kertas contekan disita, satu kunci jawaban soal A ( no peserta ganjil) dan soal B (kartu peserta genap).
Sedihnya dua contekan itu tulisannya tampak seperti tulisan guru. Alangkah miris, tragis, jika guru lah yang memberikan contekan pada siswanya dengan skenario kecurangan yang terencana. Mengapa terencana karena sebenarnya soal telah diawasi sedemikian ketat, prosedur pengambilan soal juga telha sangat baik. Demikan juga pengawas dilakukan silang murni, masih ada pengawas independen, dan polisi. Namun rupanya ketatnya pengawasan tidak mengendurkan niat untuk curang.
Kasihan siswa yang diajari untuk tidak jujur. Bagaimana bisa guru merusak nilai kejujuran, kerja keras, percaya diri yang ditanamkan bertahun-tahun pada siswa? Melatih siswa untuk jujur, giat belajar dan punya rasa percaya diri tidak cukup satu dua hari , dengan mudahnya mereka meruntuhkan apa yang telah dibanyn bertahun-tahun dalam waktu 4 hari UN.
Semoga kita tidak termasuk guru yang demikian. Memang pilihan ada di tangan kita mau memilih menjadi guru yang baik, berorientasi pada proses bukan hasil atau menjadi guru yang berorientasi pada hasil mengabaikan proses dan mengambil jalan pintas.
Jangan berhalakan UN, itu pesan teman saya Pak Guru Edi, UN adalah ujian biasa yang diujikan secara nasional. Bahwa kita telah bekerja keras melakukan pembelajaran dengan metode bervariasi, menarik, menyenangkan namun hasil UN siswa kita belum memuaskan ya, kita toh telah berusaha. Ingat hakikat pendidikan adalah proses belajar bukan hasil belajar.
Jangan rusak siswa kita dengan ketidakjujuran, kelak mereka akan jadi pemimpin yang korup, Anda sebagai gurunya ikut berdosa. Didiklah mereka menjadi siswa yang jujur,belajar cerdas, percaya diri, toleran, berani berpendapat. Itulah bekal merekadalam mengarungi kehidupan yang penuh permasalahan. Jika kita telah menempa mereka , kita telah sama-sama belajar kebaikan maka buah kejujuran kebaikan, iman itu akan manis dan sebagai guru kita ikut berbahagia mana kala anak didik kita berhasil menjadi manusia yang berkarakter dan jujur apa pun profesi mereka kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H