Oleh Bude Binda
Di keriuhan pesta pernikahan di sebuah ball room hotel di jantung kota, saya duduk di sana. Berdiri, antri mengambil hidangan yang tersaji. Makanan lezat, buah nan menggoda, minuman dingin segar. Dawet, es krim, siomay...tinggal ambil saja. Boleh kau santap semua.
Pengantin yang tersenyum bahagia si sepanjang acara, musik riuh rendah meriahkan suasana. Cantiknya si ratu sehari, orang tua mempelai yang berbunga-bunga. Tamu hilir mudik mengucapkan selamat.
Dandanan cantik, tampan, dekorasi yang indah sedap dipandang. Ah....pesta yang sempurna!
Namun di keriuhan pesta, adakah yang ingat pada yang lapar di sana? Di jalan-jalan kota. Peminta-minta, anak jalanan, tukang becak.....Hanya berapa meter dari halaman pesta.
Kita berpesta pora sementara ada yang tengah lapar, sedih, gundah gulana. Ah betapa hidup memang penuh tragik.
Andai tak ada pesta, kapan kita kan pamerkan baju mahal yang indah ini? Kapan kita kan kenakan sepatu dan tas yang harganya berjuta?
Ah, ada baiknya pesta, jadi jumpa teman dan saudara. Bergembira sejenak lupakan derita dan beban hidup. Bukankah begitu, Saudara?
BUDE BINDA
Banjarnegara, Sabtu 19 November 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H