Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Arie Saptaji Penulis Hebat Itu Temanku

27 Februari 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Arie Saptaji

Saya sudah baca karya Arie Saptaji sejak SMP. Tulisannya dimuat di majalah Hai. Beberapa puisi cerpen juga. Saya masih ingat judul cerpen yang kubaca di majalah Hai yang kubeli di toko buku Aneka, judulnya Surat Cinta Putih Polos. Cerpen ini sangat menarik ceritanya, disusun dengan gaya bertutur yang jenaka, jadilah cerpen yang kubaca berulang-ulang.

Saat aku kuliah di IKIP Yogya,  tibalah  waktunya untuk masuk kuliah yang diawali dengan kegiatan POSMA, yah semacam perkenalan dan sedikit perploncoan. Saya duduk di tengah ruang aula FPBS yang luas, di sebelah saya ada seorang mahasiswa yang tampak masih culun. Tampil sederhana berkaca mata tebal dan berambut keriting. Saya baca nama yang tergantung di lehernya ARIE SAPTAJI WAHYU WIDODO. Wow....Arie yang suka nulis di Hai itu? Saya pun mengajaknya berkenalan sambil bertanya apa betul dia Arie Saptaji yang namanya suka nampang di majalah Hai? Ternyata jawabannya ya, saya pun merasa surprise bisa bareng kuliah dengan penulis.

Demikianlah saya bersahabat dengan Arie. Kami suka nonton film yang bagus seperti Cut Nyak Dien, lihat Museum Affandi bersama Tadkiroatun yang sekarang jadi dosen di UNY .  Menemui Nh. Dini  di acara jumpa pengarang. Walau saya lupa nonton dan ketemu Nh. Dini bareng atau Arie yang memberi informasi? Waduh faktor U seperti yang sering dikatakan Arie memang  membuat kita banyak  lupa. U panjangnya umur atau usia.

Arie juga meminjami saya novel Burung-Burung Manyar karya Romo Mangun Wijaya. Karena sangat sayang pada bukunya tidak semua teman dipercaya  Arie untuk dipinjami buku, syukurlah saya termasuk yang dipercayainya. Ke kosnya yang ada dekat Fakultas Pertanian UGM berjalan kaki, Arie menuntun sepeda dan saya berjalan kaki di sebelahnya. Aduh kalau ingat lucu!

Arie tak terlalu produktif menulis saat kuliah, kata Arie justru banyak teori di kala menimba ilmu membuat idenya nggak  subur. Namun tetap saja  ada cerpen atau puisi yang ditulis. Bahkan dia membuat buku kumpulan cerpen yang judulnya ada kata-kata Rumput walau saya nggak ingat lengkapnya. Karena tahu Arie membuat antologi puisi teman  saya  Ponimin juga tak mau kalah dia pun mengumpulkan puisi karyanya diketik dikomputer dan dijilid jadi buku , diberi kata pengantar oleh Rifai. Judulnya Berjubah Angin Basah.

Begitulah waktu berlalu, kami mulai sendiri-sendiri sejak memasuki semester 9. Saya mulai jarang jumpa Arie. Hanya kadang dengar dia semakin aktif di komunitas Kristen, bahkan jadi pendeta.   Saya Islam dan kadang-kadang juga diskusi agama dengan Arie. Kami sih hanya saling ingin  tahu saja, namun saling menghormati.

Sampai  akhirnya saya sibuk KKN di semester 10, menulis skripsi di semester 11 sampai 12, dan lulus diwisuda 27 Agustus  1994.

Saya bisa berkomunikasi lagi dengan Arie setelah     punya smart , telepon yang sekaligus Modem. Saya berinternet dan mengetik di Google Arie Saptaji, menemukan blognya dari mesin pencari itu. Saya komenatri setiap tulisannya, sampai Arie menjawab komentar saya dan mengajak saya gabung di Face Book. Ternyata di face book saya bisa menamulan banyak teman kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Yogyakarta angakatan 1988. Ada Rifai, Tulus, Luhur, Tutik . Tadinya hanya 15 an saja namun sekarang telah ada 25-an teman senagkatanku yang bisa komunikasi lewat jejaring sosial Face Book. Dari FB pula kami merancang reuni, dan jadilah reuni terlaksana 28 Desember 2009 di Patangpuluhan rumah Teha. Ada 19 teman yang bisa kumpul-kumpul bergembira mengenang  saat indah dulu di IKIP. Termasuk Arie, bahkan dia memberi hadiah novel  Warrior Sepatu untuk Sahabat. Hadiah ultahku yang kuterima dengan gembira. Rupanya Arie benar-benar telah jadi penulis buku seperti yang dicita-citakannya.

Arie Saptaji kini ayah dari dua orang anak, suami yang baik dari Rina istrinya. Selain menulis buku dia juga jadi penterjemah, banyak menulis resensi film . Dia  kuajak menulis di Kompasiana dan telah bergabung di Kompasiana. Tentu tulisan Arie selalu menarik dan berkualitas.

Arie, hanya itu yang bisa   kutulis tentangmu kali ini, hanya sedikit dari hidupmu yang begitu  kaya warna! Sukses selalu untukmu dan keluarga!

Banjarnegara, Minggu 27 Februari 2011

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun