Walaupun hasil survei menunjukkan mayoritas responden tidak setuju pembangunan gedung baru DPR, namun DPR keras kepala tetap akan membangun gedung baru senilai 1,138 trilyun. Mengutip Kompas cetak di opini tulisan Bapak Burhanudin Muhtadi uang sekian dapat memperbaiki 23.200 ruang kelas jika 1 ruang Rp49 juta.
Apakah DPR masih peduli pada rakyat yang diwakilinya? Apakah DPR tahu bahwa sekian persen ruang kelas rusak? Apakah DPR tahu pengungsi lahar dingin Merapi kekurangan bantuan? Apakah DPR peduli bahwa jalan raya di seantero Nusantara rusak berat?
Apakah mata mereka telah buta dan telinga mereka telah tuli? Jika mata dan telinga masih normal apakah mata hati mereka yang telah buta?
Di halaman 2 Kompas ditulis tentang Komisi I DPR yang pergi ke lura negeri dengan biaya 4,5 milyar. Hanya anggota dari partai Gerindra yang menolak dan tidak ikut kunjungan ke luar negeri tersebut.
Uang 4,5 milyar hanya habis untuk piknik dengan hasil yang masih dipertanyakan. Bukankah 4,5 milyar dari hasil pajak yang dibayarkan rakyat? Rakyat kecil yang rajin membayar pajak. Rela bekerja keras membanting tulang, berdagang, menjadi tukang ojek dengan medan jalan yang jelek dan rusak, bertani dengan harga pupuk yang mahal dan keterpihakan pemerintah yang minimal. Menjadi buruh di pabrik, menjadi sopir, kernet. Karyawan swasta, pegawai negeri. Alangkah absurdnya jika pajak yang mereka bayarkan dengan taat dihambur-hamburkan oleh wakil rakyat untuk berwisata ke luar negeri.
Kapan suara rakyat didengarkan? Kapan DPR berpihak pada rakyat? Kapan DPR peduli pada derita buruh migran? Kapan DPR peduli pada buruh, pada karyawan swasta, pada petani, pada nelayan, pada pedagang kecil, pada tukang becak, pada pedagang kaki lima, pada pelacur, pada penganggur?
Ah sampai capek tanganku mengetik di papan laptop hanya mimpi DPR yang peduli yang didapat. Saat bangun dan terjaga yang ada ulat bulu menyerang pohon mangga, jalan berlubang di tengah kota, pengungsi Merapi yang keracunan makanan dirawat di rumah sakit, namun DPR tetap pergi piknik berhura-hura, berfoya-foya merampok uang rakyat.
Saat kuterjaga hanya air mata darah dari rakyat yang mengucur sederas hujan di sepanjang tahun, karena dengan angkuhnya mereka tetap membangun gedung yang arsitekturnya pun mencontek dari gedung Parlemen negara manca.....Memalukan dan memuakkan!
Kata Wiji Thukul....hanya satu kata lawan!
Sumber
Burhanuddin Muhtadi, Arsitektur Kekuasaan dan Gedung Baru DPR. Kompas Jumat 15 April 2011 halaman 6.
Komisi I DPR ke Luar Negeri. Kompas Jumat 15 April 2011 halaman 2.
Banjarnegara, Jumat 15 April 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H