Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Nh. Dini! (Tulisan Ketiga)

26 Februari 2011   11:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:15 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepada Ibu Nurhayati Sri Hardini  (Nh. Dini)

Saya menyusun skripsi dengan judul Feminisme Tokoh Wanita Novel-Novel Nh. Dini selama satu tahun. Semester 10 usai KKN sampai saya ujian bulan Juli. Mengapa begitu lama satu tahun lebih? Karena ujian skripsi  saya tertunda 3 kali. Ujian tertunda karena mencari waktu yang tepat antara dosen pembimbing satu, pembimbing dua, dekan dan pembantu dekan. Nah saya menghindari dekan satu Pak Tarno! Saya takut diuji beliau karena Pak Tarno dosen galak  atau killer. Saya sudah merasakan  kekilleran beliau saat jadi pembimbing PPL saya. Saya mengajar di SMAN 12 Jalan panembahan Senopati dekat Malioboro. Saat usai PPL  sudah 8  kali praktik mengajar saya dititipi nilai oleh guru Bahasa Indonesia di sana. Saya pikir itu hal yang biasa  saja dititipi amplop berisi nilai. Ternyata itu jadi masalah besar. Saya dimarahi habis-habisan karena  menurut beliau tidak etis  dan bagaimana kalau nilainya saya ubah sendiri! Aduh saking sedihnya dibentak-bentak air mata saya turun sendiri. Nilai PPL saya dengan dua teman (Supardi dan Yustinus) tertunda. PPL yang telah saya lakukan di semester 7 itu baru keluar nilainya di semester 9 saat saya mau KKN. Itu pun setelah saya menghadap ketua jurusan Ibu Darmiyati Zuhdi mengadukan masalah saya. Kalau dua teman pria itu sih cuek saya nggak bingung nilai PPLnya nggak keluar. Akhirnya setelah mengadu ke Darmiyati barulah nilai PPL Saya keluar dapat nilai  B. Duh gara-gara PPL dibimbing  Pak Tarno saya hampir mutung atau tak mau jadi guru. Saya ditunggu Pak Tarno setelah itu cara mengajar saya dikritik habis-habisan! Nggak ada bagus-bagusnya....Untung Pak Guru Bahasa Indonesianya menasehati saya " Mbak Tuti, Pak Tarno biasa begitu , jangan diambil hati!", kata Pak Guru membesarkan hati saya.

Begitulah  akibatnya saya menghindari dekan 1 untuk jadi penguji skripsi saya. Saya lebih memilih dekan 2 Pak  Daldiri dosen bahasa Inggris untuk jadi penguji saya. Saya sempat diledek Pak Surip "Kamu kok nggak punya nyali sih Tut!". Nggak punya nyali karena takut menghadapi Pak Tarno. Setelah ditunda 3 kali dari jadwal yang  disepakati akhirnya saya jadi juga ujian skripsi. Dari kos saya menyiapkan diri dengan baju blus putih lengan panjang dan rok hitam. Itu baju khusus untuk ujian skripsi, sama sih seperti baju seragam PPL. Hari yang mendebarkan itu tiba. Ruang ujian di lantai dua kantor Fakultas. Saya naik tangga ke runag ujian dengan deg-degan. Duduk dengan manis, di depan 4 doesn penguji. Pak Burhan sebagai dosen pembimbing bertanya pertama " Siapa paling cantik di antara tokoh-tokoh wanita yang  diteliti?" Saya jawab "Nicole Pak". Nicole tokoh dalam novel Pada  Sebuah Kapal. Dia istri kapten kapal yang ajdi kekasih Sri tokoh utamanya.

Demikian juga pertanyaan dari Pak Surip bisa saya jawab dengan lancar. Nah saat ditanya Pak Daldiri "Kalau  feminis paham yang memperjuangkan persamaan  hak bagi  perempuan dan laki-laki  berarti petinju wanita juga boleh?". Harusnya pertanyaan itu saya jawab boleh. Namun saya menjawab dengan berbelit-belit bahwa kalau petinju ya tidak layak untuk perempuan. Jawaban saya yang berbelit menyebabkan Pak Parno dekan saya  kesal dan menggebrak meja." Ayo jawab ya atau tidak jangan berbelit!". Gara-gara itu saya dianggap tidak bisa mempertahankan feminisme dan judul skripsi diganti menjadi Citra Tokoh Wanita dalam Novel Novel Nh. Dini. Nilai  skripsi saya B.

Mau bagaimana lagi,  saya kecewa. Saya menemui Pak Minto dan bilang begini " Pak saya tidak puas dengan skripsi, saya ingin melanjutkan ke S2 suatu saat dan mau mempertahankan feminisme dan saya ingin dibimbing Bapak!" .  Sebuah tekad dan janji yang sampai sekarang belum terealisasi. Saya  pun sibuk merevisi skripsi saya. konsultasi dengan Pak Burhan kemudian membuat janji dengan Pak Surip untuk konsultasi dengan beliau. Saya waktu itu sudah mengetik skripsi saya dengan komputer . Masih WS 6, karena baru bisa  komputer saya mengetik sambil memangku Buku WS 6 yang dipinjami Nevi . Akhirnya Nevi memberikan buku itu untuk saya.  Tahun 1993-1994 itu jangankan laptop komputer pun masih jarang  yang punya, saya mengetik di rental komputer. Saat itu menyewa komputer satu jam Rp500,00. Kalau ngeprint satu halaman masih Rp50,00.

Akhirnya revisi selesai dan saya mendaftar wisuda. Sayang saya tidak bisa  wisuda Juli, karena Juli saya  baru ujian, jadilah saya membayar uang kuliah satu semester hanya untuk wisuda di bulan Agustus. Uang kuliah saya satu semester Rp90.000,00. Saya dapat uang bantuan OPF Rp100.000,00 bantuan penulisan skripsi. Lumayan saya belikan buku dan novel yang sudah lama  saya inginkan.

Saya wisuda 27 Agustus 1994 bareng dengan Asih dan Nevi, Nevi tidak ikut wisuda karena  hari itu dia ujian untuk masuk bekerja di Sari Ayu. Nevi sempat  kerja jadi sekretaris kosmetik Sari Ayu.

Rasanya lega bisa wisuda dan selesai menulis skripsi. Saya pun ke Semarang ke rumah Ibu Dini di perumahan Bringin Raya. Setelah turun dari bis naik ojek dan sampai di halaman rumah Ibu Dini  yang asri dengan burung-burung dan pepohonan. Rumah beliau dipenuhi buku, di semua ruang! Saya disambut dengan ramah. Skripsi yang tinggal satu saya serahkan pada beliau. Komentarnya  setelah membaca beberapa kalimat skripsi saya "Kalimatnya kacau!". Walau agak mengecilkan hati, namun saya tetap berterima kasih pada Ibu Dini.

Saya ingat saat itu disuguhi secangkir teh manis dan sepiring pisang rebus. Saya yang lapar karena belum sarapan merasakan  lezatnya secangkir teh dan sebuah pisang.

Itulah pertemuan saya dengan Ibu Dini yang terakhir. Sampai sekarang belum pernah berjumpa lagi. Beliau sangat berkesan bagi saya. Pengarang perempuan Indonesia yang sangat  produktif. Telaten dan kuat stamina menulisnya . Berapa  buku kenangan yang tekah ditulisnya  : Padang Ilalang di Belakang rumah, Langit dan Bumi Sahabat kami, Sekayu, Kuncup  Berseri, Kemayoran,   Dari Parang Tritis ke Parangakik. Jepun Negerinya Hiroko, La  Grande Borne.

Novel-novelnya: Hati yang Damai, Pada Sebuah Kapal,  Namaku  Hiroko, Keberangkatan, Jalan Bandungan, Orang-Orang Trans ,  Tirai Menurun.

Buku kumpulan cerpennya : Tuileries, Dua Dunia, Segi dan Garis, Istri Konsul.

Biografinya : Amir Hamzah Pangeran dari Seberang.

Karya terjemahannya : Sampar dari Albert Camus dan 316 Hari di Bawah Laut dari karya Julius Verne.

Untuk Bapak Burhan Nurgiyantoro, Bapak Suminto A. Sayuti, Bapak Surip Jitno Sarwoko, Rona Fitriati (Nevi)

Banjarnegara, Sabtu 26 Februari 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun