Gema takbir berkumandang dari masjid Baitussalam di sebelah rumah. Bulan Ramadhan telah sampai di ujungnya, idul fitri tiba esok harinya. Ah, perasaan bercampur aduk, antara gembira lebaran tiba dan sedih berpisah dengan Ramadhan.
Ramadhan bulan istimewa, di mana ibadah kita dilipatgandakan pahalanya. Menahan diri lapar dahaga di siang hari, bersabar dengan lapang dada . Saat bedug Maghrib tiba betapa nikmatnya air yang kita minum menetes di tenggorokan. Kolak, teh manis, ditemani mendoan dan bakwan takjil berbuka sebelum makan yang sangat nikmat. Sholat Maghrib ditunaikan, barulah kita makan dengan sayur dan lauk apa pun terasa enak karena seharian tidak makan.
Malam-malam Ramadhan dihiasi ibadah, sholat tarowih, tadarus. Sahur sebelum subuh. Ah indahnya, dan keindahan itu segera kutinggalkan, tak heran rasa sedih ada .
Gembira karena telah tiba saat kemenangan, kemenangan menaklukkan hawa nafsu kita. Esok Idul Fitri tiba, dirayakan ummat Islam sedunia. Ketupat , opor ayam, pecal, kering , kue-kue tersedia di tiap-tiap rumah. Esok sholat Idul Fitri , setelah sholat bersalam-salaman.
Keluarga berkumpul, hal-hal yang jarang bisa dilakukan di hari-hari biasa. Itulah kesenangan Idul Fitri, maaf-memaafkan, makan bersama, silaturohim.
Untuk para Kompasianer yang merayakan Lebaran saya mengucapkan Selamat Idul Fitri, semoga kita meraih kesucian. Mohon maaf labir batin, semoga ibadah kita diterima dan kita mendapat ampunanNya serta menjadi manusia yang bertaqwa, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H