Penurunan muka tanah atau subsidence di Pantai Timbulsloko juga menjadi penyebab utama kerusakan ekosistem pesisir. Penurunan muka tanah terjadi akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk keperluan tambak dan rumah tangga.Â
Akibatnya, tanah di wilayah ini terus mengalami penurunan hingga beberapa sentimeter per tahun, membuat wilayah pesisir ini semakin rentan terhadap banjir rob dan intrusi air laut.Â
Penurunan muka tanah telah memperburuk dampak abrasi karena tanah yang semakin rendah lebih mudah tergerus oleh gelombang laut. Hal ini menyebabkan wilayah yang dulunya merupakan daratan produktif berubah menjadi rawa atau lautan yang tidak lagi bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Banjir Rob
Banjir rob, yaitu naiknya air laut ke daratan akibat pasang surut air laut, adalah masalah lain yang memperparah kondisi lingkungan di Pantai Timbulsloko. Hampir setiap bulan, desa-desa di wilayah ini terendam oleh banjir rob yang merusak rumah, infrastruktur, dan lahan pertanian.
 Kombinasi antara abrasi, penurunan muka tanah, dan banjir rob menyebabkan banyak desa di sekitar Pantai Timbulsloko tidak lagi layak huni. Banyak keluarga terpaksa pindah ke tempat lain, meninggalkan lahan mereka yang tidak lagi produktif. Banjir rob yang terus terjadi juga mengganggu aktivitas ekonomi lokal, terutama di sektor perikanan dan pertanian.
4. Â Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim global memperburuk permasalahan pesisir di Pantai Timbulsloko.Â
Kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub, perubahan pola cuaca yang semakin tidak menentu, serta peningkatan intensitas badai dan gelombang besar semakin meningkatkan kerentanan wilayah pesisir ini terhadap abrasi dan banjir rob.Â
Selain itu, musim penghujan yang semakin ekstrem memperparah banjir rob, sementara kekeringan pada musim kemarau memperburuk kondisi pertanian di daerah ini. Kenaikan suhu juga berdampak pada perubahan ekosistem laut dan perikanan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir.
Â