KICAUAN RAKYAT JELATA YANG SEMAKIN KESAKITAN
Terheran dan tidak habis pikir saya sebagai rakyat jelata, melihat perseteruan antra POLRI –TNI ini, boleh saja para petingi institusi tersebut sudah merunduk sama-sama, tetapi yang dibawahnya yaitu anak buahnya rame rebut sendiri-sendiri, betapa lucunya negeri ini, sudah para pemimpin negeri berpolitik ricuh satu sama lain, nah ini institusi yang besar, institusi yang dihormati oleh semua kalangan, baik dimata rakyat ataupun internasional saling adu otot dan senjata, dimana otaknya?. Seharusnya mereka tahulah mereka itu dibentuk untuk melindungi rakyat, mereka dibentuk untuk mengamankan negara, mana yang dikatakan profesionalitas dan NKRI harga mati? Semboyan itu hanya dimulut saja, lihat saja NKRI harga mati, didalam kata itu ada doktrin atau makna yang saya kutip dari perdebatan disalah satu media sosial FB, “KAMI TIDAK MENGENAL HAM, YANG KAMI TAHU HANYA BERTAHAN HIDUP DENGAN CARA MEMBUNUH ATAU DIBUNUH” nah ngeri sekali statement tersebut bagai kami rakyat jelata ini. Bisa lah ketika kata-kata tersebut dipakai ketika peperangan, sebagai bentuk dari semangat nasionalisme agar survive di medan perang, nah ini kontras sekali sodara, kata tersebut dipakai angkat senjata dengan sodara sendiri pakai isntitusi lagi, sungguh ironis sekaligus miris dengan aparat kita ini, sangat dan sangat tidak obyektif, tidak realistis dengan pangakat yang disandangnya dengan label “CALON PAHLAWAN”, mengapa demikian karena ketika mereka tewas/ gugur dalam peperangan ia jadi pahlawan, jika sekarang? Apakah gugur dalam tawuran antar institusi negara juga dinaggap PAHLAWAN?. Sadarlah bapak-bapak perkasa, pelingdung negara Indonesisa tercinta, Bapak-bapak, Pelindung, pengayom kami rakyat, kami ingin ketentraman, kedamian, bukan perseteruan layaknya anak PELAJAR. Berikanlah contoh yang baik, agar tidak ditiru yang lainya. Seharusnya MALU sebagai institusi hukum kok malah tawuran?!. Ingat senjata kalian dibuat untuk mengamankan negara, melindungi rakyat dari kejahatan, jangan dipaki untuk sesam sodara. Ingat kalian bukan rakyat yang hanya pendidikkan seadanya, kalian dididik dengan pendidikan yang luar biasa, doktrin kenegaraan yang luar biasa, jangan berlaku seperti bocah-bocah.
Jika memang demikian para aparat kita ini tidak mempunyai kesadaran, buat apa negara ini ada?. Negara tercipta karena kontrak sosial dari rakyat untuk membentuk pemerintahan/negara, agar tidak terjadi benturan hak, ada aturan dalam bertata sosial dll seharusnya demikian. Tetapi jika seperti ini adanya jangan heran ketika apatisme semakin meningkat karena rakyat merasa dikhianati oleh negara ini. Semua ketentuan dalam kontrak sosial baik administrasi, aturan hukum, kesejahteraan semakin buruk kenapa harus ada negara? Toh sama saja negara lalai menjamin keamanan, kesejahteraan rakyatnya.
Sungguh terheran kenapa aparat kita ini saling besar otot, besar kepala? Dibentuk, dididik oLEHnegara sebagi symbol kekuatan negara, tapi hasilnya sama juga dengan SAMPAH masyarakat lalu buat apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H