[22] Lahir 26 April 1711 dan meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65 tahun, asal Skotlandia. Ia adalah filosof besar Barat yang pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Selengkapnya lihat David F. Norton, (ed.), The Cambridge Companion to Hume (Cambridge: 1993), hlm. 211.
[23] Moore hanya mengambil epistemologinya saja dari David Hume. Karena moralitas menurut David Hume, tatanan hidup baik dan buruk yang ditentukan oleh unsur perasaan. Pengetahuan moral itu berasal dari asosiasi ide-ide khusus tampa pendasaran rasional, tapi berdasarkan pada pilihan-pilihan subyektif yang disenangi. Akal budi hanya memberi informasi saja. Maka prinsip suatu tindakan dinilai baik adalah kalau tindakan itu menyenangkan atau berguna bagi kita atau banyak orang. Lihat Simon Petrus Tjahjadi, Petualang Intelektual..., ibid.
[24] Franz Magnis Suseno, Tokoh-tokoh Etika..., hlm. 4.
[25] Pertanyaan tentang apakah sesuatu itu “baik” selalu menjadi pertanyaan terbuka untuk dipertanyakan kembali. Lihat Kumara Ari Yuana, The Greatest Philosophers..., hlm. 114.
[26] Menurut Haryatmoko mengutip pendapat David Hume, bahwa kesadaran berasal dari pengalaman, apa yang tidak kita alami tidak mungkin membentukpengetahuan. Bermula dari kesadaran, mempengaruhi akal budi, dan kemudian membentuk tindakan. Lihat Haryatmoko, Diktat Filsafat Modern, (FTW: 2009), hlm. 29-35.
[27] Franz Magnis Suseno mengutip pendapat Kant (1724 –1804) , bahwa “nikmat itu baik” bersifat sintesis, dan bukan analistis. Maka kalau menyamakan “baik“ dengan “realitas yang baik” adalah sebuah kesalahan naturalistik (“baik” ≠ “sesuatu yang baik”). Franz Magnis Suseno, Tokoh-tokoh Etika..., hlm. 5.
[28] Kaelan, Filsafat Bahasa..., hlm. 90.
[29] Menurut A. Harry Lasser dalam pengantar buku “Relatifisme Etika” oleh M.A. Shomali, bahwa Moore bukan penganut telativisme etika, ia adalah intuisionis. Menurut Bunting, relativisme etika paling tidak menganut paham gagasan: 1) meyakini prinsip-prinsip dasar moral yang tidak selaras. 2) Masing-masing prinsip yang tidak selaras ini benar dalam pengertian tertentu. 3) Moralitas memiliki landasannya dalam beragam sifat afektif manusia. 4) Meyakini tidak ada satupun moralitas yang benar, dan Moore tidak dalam paham tersebut. Lihat dalam David Archard, ed., Philosophy and Pluralism, (Cambridge: Cambridge University Press, 1996), hlm. 73.