Mohon tunggu...
Jemie Simatupang
Jemie Simatupang Mohon Tunggu... Administrasi - Tuhan Bersama Orang-orang Yang Membaca

Pedagang Buku Bekas dari Medan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis Medan di Kompasiana

20 November 2010   08:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12902412141620182256

[caption id="attachment_75965" align="aligncenter" width="300" caption="Lae Sederhana bertanya, perangko itu apa? (kantor pos Medan, sumber:babesajabu.wordpress.com)"][/caption]

Tiap daerah punya keunikan tersendiri. Entah itu secara adat-itiadat, bahasa, makanan, tata cara pergaulan, dan sebagainya. Keunikan itu kalau dituliskan tentu menarik minat orang untuk membacanya. Begitu juga ketika saya menuliskan tentang Medan di kompasiana. Beberapa kali tulisan itu menjadi headline dan dikomentari lebih dari 10 orang—untuk tidak mengatakan banyak.

Saya pertama kali menulis tentang Medan—dan spesifik menyebut judulnya Medan—adalah dalam postingan berjudul: ”Ini (Bahasa) Medan, Bung!” tertanggal 07 April 2010.

Dalam postingan ini saya menceritakan tentang bahasa yang sering dipakai orang Medan, yang unik: logatnya, vokabularinya, ... yang merupakan percampuran Batak, Melayu, Cina, Jawa, Karo, dll. Semisal: mereka bilang pasar menjadi ”pajak” dan pasar menjadi ”jalan”. Yang lain motor menjadi ”kereta” sedang mobil malah menjadi ”motor”.

Kalainan bahasa ini kadang bisa membuat miskomunikasi antara Orang Medan dan luar Medan (boleh baca: Jawa). Semisal orang luar medan akan terkejut bila orang medan memarkirkan kereta di halaman kantor—padahal maksudnya adalah (sepeda) motor.

Pada judul postingan: ”Ini (Bahasa) Medan, Bung!” saya sengaja membuat dalam kurung (...) ”Bahasa” karena memang di dalamnya tidak hanya berbicara bahasa, tapi juga tingkah laku Orang Medan sehari-hari. Semisal bicaranya yang keras, tak mau mengalah, tapi juga (seperti lagu ”Anak Medan”) setia kawan, pekerja keras, dll. (nekcoyo.com)

Kemudian saya berpikir, mengapa tidak membuat tulisan ini menjadi menjadi berseri? Keesokannya—karena memang sedang semangat berkompasiana—saya menulis ”Ini (Bahasa) Medan, Bung! (II)”. Tulisan ini menjadi headline, dan dengan sendirinya mendapat lebih banyak komentar. Tentu saja hati tambah membuncah—dan semakin muncul niat untuk menuliskan banyak hal tentang Medan.

Semangat itu tambah mengkristal ketika tulisan ”Ini (Bahasa) Medan, Bung!” oleh admin dicetak di halaman Kompas Zona Medan—semacam suplemen harian kompas di Sumut dan Aceh—pada 21 April 2010. Beberapa kawan yang ada di Sumut dan Aceh memberi selamat atas tulisan itu.

Halaman Zona Medan merupakan ruang yang diberikan kepada kompasianer untuk menulis prihal Medan (dan sekitarnya) dan Aceh. Sebagai kata Admin—Pepih Nugraha, halaman ini merupakan sarana memupuk semangat menulis—dan syukur kalau bisa dijadikan nilai tambah di tempat bekerja, tempat kulian, sekolah dan sebagainya manakala tulisannya nongol di sini. Walaupun tidak diimingi dengan uang—karena memang tulisan yang dicetak tidak diberi honor—halaman ini banyak mendapat perhatian kompasianer dari Medan dan Aceh—paling tidak saya sendiri, hihihi ...

Pada minggu berikutnya ”Ini (Bahasa) Medan, Bung! (II)” juga dicetak di halaman yang sama. Lalu menyusul tulisan-tulisan lain soal Medan: ”Musing-Musing Naik Kereta Keliling Medan”,  ”Ini Becak Siantar, Man!” dll juga dicetak di halaman yang sama.

Ya, memang awalnya tidak ada maksud agar tulisan itu bisa masuk kompas Zona Medan. Dan bukan karena itu juga saya menulis tentang Medan. Lebih karena ingin berbagi cerita—sebagai slogan kompasiana sendiri: sharing connecting—dengan kompasianer dari wilayah lain. Agar orang luar Medan juga mendapat gambaran bagaimana Medan itu. Dan mudah-mudahan dengan begitu tak terjadi  salah paham dengan daerah yang katanya manusianya kasar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun