Mohon tunggu...
Jemie Simatupang
Jemie Simatupang Mohon Tunggu... Administrasi - Tuhan Bersama Orang-orang Yang Membaca

Pedagang Buku Bekas dari Medan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mata Keranjang atawa Mata ke Ranjang

5 Januari 2011   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:56 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="340" caption="Kau mata ke ranjang Kau tipu aku dengan senyum manismu Dan kau mata ke ranjang Terjebak aku dalam perangkap rayumu--Aura Kasih (sumber:music.oryn-cell.com)"][/caption] APA YANG TERLINTAS DI BENAK KITA, ketika orang mengatakan “Dasar mata keranjang!” Saya sendiri langsung membayangkan seseorang seperti saya—maksudnya laki-laki, yang lain tunggu dulu ya—suka menggoda wanita, walau dia sendiri sudah punya pasangan, bahkan bukan satu bisa jadi tiga, empat, atau lima—kan benar, yang terakhir-terakhir ini saya tak ikut. P l a y b o y. Pantang lihat ada wanita cantik, langsung refleks menggoda: swittt…swittt…switttt… Setelah itu Si Lelaki akan mengeluarkan jurus mautnya—yang tak lekang dimakan jaman: “Mbak, nomor rumahnya berapa? Apa? Gak punya, ya? Kalau nomor handphone punya, dong!” Ya, mata keranjang memang metafora untuk menggambarkan tingkah-polah lelaki yang suka menggoda semua lawan jenisnya —tak terbatas menggoda—tapi juga menjalin hubungan asmara dengan mereka. Saya tak pernah mendengar ada istilah wanita mata keranjang—walaupun mungkin ada. Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karangan WJS. Poerwadaminta menempatkan mata kerajang sebagai sub bagian dari lema mata. Di sana mata keranjang berarti: sangat suka akan perempuan. Jelas-jelas istilah ini cuma ditujukan pada kaum Adam. Tapi mengapa istilah ini dibilang mata keranjang? Benar memang keranjang—saya bayangkan keranjang kol—banyak matanya—lobang-lobang disekitar penampangnya. Terlepas itu sekedar metafora, apa samanya mata keranjang itu dengan lelaki yang playboy? Apa karena lelaki mata keranjang suka main mata—bisa melihat kemana-mana karena punya banyak mata seperti keranjang? Entah juga. Saya pernah baca seorang ahli bahasa—saya lupa siapa, mungkin Remy Silado—pernah bilang kalau ia lebih cenderung mengasumsikan metafora ini berasal dari “mata ke ranjang”—dengan  menulis “ke” dipisah dengan “ranjang” yang menunjukkan “ke” menjadi kata depan. Artinya ya dari mata terus keranjang. Kalau ada pantun melayu klasik bilang darimana datangnya cinta, dari mata turun ke hati, maka model lelaki playboy ini jawabnya: dari mata turun ke ranjang. Mungkin istilah ini lebih tepat menangkap sikap lelaki model pantang lihat wanita cantik ini—apalagi semua wanita tak ada pula yang tak cantik. Dari sekedar melihat dengan mata langsung sebisa mungkin mengajak ke atas ranjang. Dan saya sendiri banyak-banyak setuju dengan pendapat ini, karena “mata ke ranjang” lebih pas menggambarkan lelaki yang punya sifat playboy begitu daripada “mata keranjang”. Model ini juga udah dipakai oleh Aura Kasih dalam lagunya bertitel Mata Ke Ranjang. Simak misalnya di bagian reffrein: Kau mata ke ranjang Kau tipu aku dengan senyum manismu Dan kau mata ke ranjang Terjebak aku dalam perangkap rayumu Selain mata ke ranjang, metafora lain yang menggambarkan tingkah polah buruk lelaki terhadap wanita misalnya: buaya darat, hidung belang, tua-tua keladi, dan keong racun. Semua istilah ini tampaknya ada dalam lagu-lagu kaum hawa—mungkin bentuk perlawan atau apa?—bahkan “keong racun” sempat sangat-sangat fenomenal setelah Shinta dan Jojo merekam lypsinc lagu tersebut dan menguploadnya di youtube—bahkan mengalahkan kepopuleran penyanyi aslinya. Terakhir bung, apa pun istilahnya, kalau Anda mau jadi mata ke ranjang (ataupun mata keranjang) juga jadilah mata ke ranjang yang baik. Yang setia pada isteri. Yang tak menduakan pacar. Yang tak pernah selingkuh. Yang tak melirak-lirik perempuan lain—sementara kita udah punya pasangan. Betul tidak!? Bah! Awak kok jadi ingat AA Gym. [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun