[caption id="attachment_102531" align="aligncenter" width="512" caption="Arie Wibowo bersama Bill & Board selalu menyanyikan lagu dengan nuansa mengelitik penuh humor (sumber:index-of-mp3.com)"][/caption]
Sambil bernyanyi nyanyi asyik, memang asyik, kodokpun ikut menyanyi
Oleh JEMIE SIMATUPANG YANG SUDAH BISA MENGINGAT DI TAHUN 1980-AN di negeri ini mestilah tahu Arie Wibowo. Ia adalah vokalis group band Bill & Brod yang tenar di era itu dengan lagu-lagu berkarakter—kalau boleh saya bilang—kocak dan ringan. Salah satu lagunya yang sangat populer adalah “Madu dan Racun”. Sekarang orang bisa jadi tak mengingatnya, bahkan ketika terdengar kabar kematiannya pekan lalu (14/04/2011), generasi yang hidup di atas 1980-an masih bertanya-tanya “Siapa Ari Wibowo?”—atau bahkan bisa jadi tak peduli sama sekali. Terlebih catatan mengenai dirinya tak pula bisa banyak ditemukan di dunia maya—tempat di mana sesuatu yang tak diketahui biasanya dicari. Dan setelah dekade 1990-an, Ari Wibowo dan Bill & Board tak pernah lagi tampil di stasiun televisi. Sosok Arie Wibowo selalu tampil dengan kacamata hitam (dan rumor yang berkembang sama kami yang masih anak-anak waktu itu: karena matanya buta) dengan topi flathat—mirip baret. Ia juga selalu memainkan alat musik—saya tak tahu namanya—organ yang dijinjing seperti gitar. Arie Wibowo bersama Bill & Brod kerap membawakan lagu-lagu dengan lirik-lirik menggelitik, sehingga gampang diingat orang. Simak saja misalnya lirik lagu “Kodok Pun Ikut Bernyanyi” berikut ini: Terang bulan, manis...Indahnya Terbayang bayang cantiknya Raut wajahmu Hati ini, manis... Berdebar Membayangkan kau dan aku Bermesraan Janji nonton berdua Papi mami kau ajak Kok tetangga ikut juga Rombongan... Jangankan dapat bermesraan Pegang tangan tiada kesempatan Pakai acara makan makan Habislah gaji sebulan Janji mau nonton lagi Akhirnya kupergi sendiri Sambil bernyanyi nyanyi asyik, memang asyik Kodokpun ikut menyanyi. Lihatlah betapa kental nuansa humor dalam lagu itu. Bayangkan saja, bagaimana kalau kita nonton sama pacar tapi ditemani oleh calon mertua, bahkan juga para tetangga? Kacaulah jadinya. Nuansa humor begini juga melekat dengan lagu-lagunya yang lain semisal “Madu dan Racun”, “Anak Singkong”, dan sebagainya. Tak pelak kemudian—karena kekocakan liriknya—lagu ini bisa dinyanyikan oleh semua generasi waktu itu, dari tua sampai muda. Bahkan—saya ingin sedikit menghiperbola—kodok pun bisa menyanyikannya. Tak ada sumber jelas yang menyatakan kapan lahirnya penyanyi ini. Sebuah catatan di dennysakrie63.wordpress.com, hanya menyebutkan kelahiran tahun 1952. Berdasarkan data ini, maka Arie Wibowo tutup usia 59 tahun. Selamat jalan—kalau boleh sekarang saya sapa—Pak Arie. Semoga hiburan yang telah Anda berikan menyenangkan hati rakyat di negeri ini, yang memang selalu tertipu karena susah membedakan antara “Madu dan Racun” yang disuguhkan penguasa, menjadi ibadah, sehingga mendapat tempat yang layak di sisi Sang Khalik. Sekali lagi, Selamat Jalan, Pak! []
JEMIE SIMATUPANG kompasianer asal(-asalan) Medan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H