Mohon tunggu...
Humaniora

Api Abadi Bojonegoro

16 Februari 2016   21:38 Diperbarui: 16 Februari 2016   21:50 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu kala, hiduplah seorang pembuat benda pusaka pusaka Kerajaan Majapahit yang bernama Mbah Kriyo Kusumo. Telah lama membuat benda pusaka di kampung, mbah Kriyo Kusumo pun bertapa dan tirakat di hutan meminta bantuan Sang Yang Widhi untuk mendapatkan kesaktian di benda pusaka buatannya. Dia membawa api dan meletakkannya di bebatuan dekat tempatnya bersemedi. Api itulah yang menyala sampai saat ini dan bernama Kayangan Api. 

Setelah pindah ke hutan, mbah Kriyo Kusumo dikenal dengan nama Mpu Supo. Mpu Supo lah yang membuat benda benda pusaka kerajaan Majapahit, contohnya keris, tombak, dan lain lain. Selain api untuk memanaskan benda benda pusaka, Mpu Supo juga membutuhkan air dari sumur Blekutuk untuk mendinginkan benda benda pusaka tadi.

Mpu Supo telah memperhitungkan waktu yang cukup antara penyepuhan (pemanasan) dan perendaman benda pusaka sehingga jarak antara api dan sumur jauh. Air sumur Blekutuk ini ternyata tidak panas meskipun tampak mendidih. Volume air sumur Blekutuk itu tidak pernah meluap atapun kering.

Menurut keyakinan penjaga Kayangan Api, Mbah Djuli, Mpu Supo tidak pernah meninggal. Alasannya adalah tidak ada makan dari Mpu Supo. Mpu Supo itu muksa atau dapat berubah wujud sepanjang masa menjadi wujud yang lain. Sering tamu yang datang mengaku ditemui seorang tua yang memberi pusaka dan diminta datang ke sini. Menurut Mbah Djuli orang tua tersebut adalah Mpu Supo.

Api abadi itu masih ada sampai sekarang dan tak pernah padam walaupun tersiram hujan. Dan tumbuhan di sekitarnya tidak pernah kekeringan walaupun dekat dengan sumber api abadi.

Nilai Agama    : Bertapa untuk mendapatkan kekuatan dari Sang Yang Widhi

Nilai Moral      : Kita harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu seperti Mpu Supo yang bertapa dan tirakat untuk mendapatkan yang beliau inginkan.

Nilai Budaya    : Membuat barang pusaka (keris) menggunakan api untuk penyepuhan dan air untuk mendinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun