Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia, itulah kutipan pidato yang  terkenal dari Ir. Soekarno. Kutipan tersebut bermakna ajakan kepada para pemuda untuk bersatu, berjuang bersama, dan berkorban demi meraih kemerdekaan Indonesia. Seperti yang kita tahu, dunia sudah memasuki era globalisasi yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang luar biasa. Pertukaran budaya antar negara menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi, seperti sosial media. Generasi muda saat ini menjadi 'wajah' bagi masing-masing negara dikarenakan mereka lebih familier dengan globalisasi dan teknologi. Faktanya, globalisasi memang memberikan banyak manfaat, namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa globalisasi memberikan tantangan bagi generasi muda. Salah satu tantangan tersebut ialah krisis moral, dimana perubahan nilai dan norma sosial dapat memengaruhi perilaku serta kebiasaan generasi muda, sehingga mereka mungkin kurang memahami pentingnya menjaga moralitas dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Sebenarnya, mengapa generasi muda selalu disebut-sebut ketika berbicara mengenai keinginan untuk memajukan suatu negara? Alasannya, karena mereka memiliki berbagai potensi dan kemampuan, seperti kemampuan menciptakan inovasi dan kreativitas, adanya semangat dan idealisme yang tinggi, kemandirian dan disiplin, serta jiwa patriotisme dan nasionalisme yang kuat. Potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh generasi muda tersebut memberi mereka label sebagai 'agen perubahan' (agent of change) untuk membangun bangsa.
Di Indonesia, bela negara merupakan kewajiban bagi seluruh warga Indonesia, terutama generasi muda. Seperti yang sudah disebutkan, generasi muda, sebagai pewaris masa depan bangsa, memiliki peran sebagai agen perubahan yang mampu menghadirkan inovasi dan solusi dalam menjawab tantangan era modern. Bela negara di era globalisasi tidak hanya berbicara mengenai peperangan atau pertumpahan darah, namun, tentu saja bentuknya sudah lebih modern, dan kebanyakan bersifat non-militer.
Generasi muda di zaman sekarang mungkin dapat berkontribusi secara langsung dengan cara mengembangkan teknologi inovatif dalam bidang keamanan siber atau terlibat dalam kampanye pelestarian lingkungan guna melindungi sumber daya alam Indonesia. Adapun salah satu contoh nyata yang dapat dilihat, yaitu dengan adanya Pandawara Group, didirikan oleh lima pemuda asal Bandung, yakni Agung Permana, Gilang Rahma, Muhammad Ikhsan, Rafla Pasya, dan Rifki Sa'dulah. Komunitas yang peduli terhadap isu lingkungan ini berfokus pada menjaga kebersihan lingkungan dan menangani permasalahan terkait sampah. Tujuan dari dibuatnya komunitas ini adalah untuk mendorong generasi muda di Indonesia untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan melalui tindakan nyata.
Nah, dalam meningkatkan kesadaran bela negara, ada hal-hal yang dapat dilakukan. Pertama, memasukkan nilai-nilai bela negara kedalam pendidik formal dan informal. Dalam pendidikan formal, dapat diadakan mata pelajaran yang berkaitan dengan bela negara, seperti yang sudah ada, yaitu pendidikan pancasila, kewarganegaraan, dan sejarah, mengadakan pelatihan atau ekstakulikuler yang berkaitan dengan bela negara, serta dibutuhkannya kolaborasi antara pemerintah dengan instansi-instansi yang berpengalaman mengenai bela negara, seperti polisi, TNI, atau veteran. Kemudian dalam pendidikan informal, keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk memperkenalkan bela negara. Tak hanya itu, mengadakan sosialisasi dan memanfaatkan teknologi merupakan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran bela negara.
Untuk pemanfaat teknologi sendiri, media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran seseorang mengenai bela negara. Hal itu dilakukan melalui kampanye secara daring atau hanya sekedar membuat konten mengenai materi bela negara.
Ada pun dampak positif dari keterlibatam generasi muda dalam mengimplementasikan bela negara, yaitu adanya peningkatan ketahanan nasional dan terwujudnya masyarakat yang lebih solid dan inovatif. Maksud dari ketahanan nasional merujuk pada beberapa unsur, yaitu ideologi (Pancasila dan karakter nasionalis), sosial (meningkatnya solidaritas dan toleransi, serta menurunnya konflik sosial), ekonomi (meningkatnya produktivitas dan pemberdayaan sumber daya lokal), pertahanan dan keamanan (siap menghadapi ancaman eksternal dan internal, serta partisipasi penanggulangan bencana), serta informasi (melawan hoaks dan menggunakan media dengan positif).
Maka dari itu, sebagai penerus bangsa, kita memikul tanggung jawab besar untuk mempertahankan dan memperkuat Indonesia. Bela negara tidak hanya berarti mengangkat senjata, tetapi juga menunjukkan kecintaan kepada tanah air melalui kontribusi positif dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan sosial, pendidikan, dan inovasi, kita dapat berperan aktif dalam membangun negara yang lebih kuat dan maju. Mari kita tetap berkomitmen untuk berkontribusi, menjaga persatuan, dan mengutamakan nilai-nilai luhur bangsa. Dengan semangat bela negara yang terus menyala, kita akan menciptakan Indonesia yang lebih solid, inovatif, dan berjaya di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H