BRI) atau Inisiatif Sabuk dan Jalan Cina adalah sebuah proyek pembangunan infrastruktur global raksasa yang bertujuan untuk menghubungkan Benua Asia, Eropa, Afrika, dan wilayah-wilayah lainnya melalui pembangunan jaringan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, jalur pipa (Gas dan Minyak), dan proyek-proyek lainnya yang dipelopori dan sebagian besar di danai oleh Cina. BRI dipandang sebagai cara bagi Cina untuk memperluas pengaruh ekonomi, perdagangan, dan kepentingan geopolitiknya di seluruh belahan dunia. Namun, BRI juga menghadapi banyak tantangan dan perlawanan, seperti kekhawatiran terhadap dampak lingkungan, resiko hutang (Jebakan Hutang Cina), masalah transparansi proyek ini, dan resiko yang besar bagi negara-negara lain terutama negara yang masuk kedalam proyek ini. BRI telah dipandang sebagai inisiatif kebijakan luar negeri utama (Senjata utama) Cina untuk menentang kekuatan hegemoni Barat (Amerika) dan proyek BRI ini adalah gambaran dari perkembangan kekuatan hegemoni Cina di panggung global yang terus meningkat.
Belt and Road Initiative (Belt and Road Initiative (BRI) dapat dilihat sebagai perwujudan ambisi besar Cina di bidang geopolitik dan geoekonomi, dan juga responsnya terhadap tantangan domestik maupun internasional. Motivasi dan tujuan utama dari proyek BRI adalah:
Cina ingin memanfaatkan Rencana Belt and Road Initiative (BRI) sebagai cara untuk meningkatkan industri mereka supaya menjadi lebih modern, mendorong kemajuan teknologi yang lebih maju, dan ikut serta kedalam pasar-pasar Internasional di seluruh dunia. Mereka juga ingin menggunakan BRI sebagai cara untuk memanfaatkan kelebihan produksi mereka di sektor-sektor seperti baja, semen, dan konstruksi. Selain itu, melalui BRI, Cina berharap untuk mendapatkan akses lebih mudah ke sumber daya alam yang penting bagi mereka dan memastikan bahwa ada pasar untuk barang-barang dan jasa-jasa yang mereka tawarkan. Dengan kata lain, BRI adalah cara bagi Cina untuk menjadi lebih maju secara ekonomi dan memperluas pengaruhnya (Hegemoni) di seluruh belahan dunia.
Cina melihat Rencana Belt and Road Initiative (BRI) sebagai cara untuk memperluas “Pasar” mereka dan mengurangi ketergantungan pada sistem perdagangan yang dikuasai oleh Amerika Serikat (Barat). Mereka memutuskan untuk melakukannya dikarenakan hubungan antara kedua negara Adidaya ini semakin tegang dan memanas. BRI memberikan Cina kekuatan untuk membuat lembaga keuangan dan platform alternatif selain yang dipegang oleh kekuatan barat, seperti Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) dan Jalur Sutra Digital (Cai,P. 2017). Tujuannya adalah untuk menentang dan melawan dominasi dolar AS dan sistem keuangan global yang dipimpin oleh kekuatan Barat. Dengan kata lain, Cina ingin menjadi pemain utama di panggung global dalam “Permainan” ekonomi dan sekaligus menentang kekuatan hegemoni Barat.
Cina menggunakan Belt and Road Initiative (BRI) sebagai cara untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan dan menawarkan bantuan pembangunan serta barang-barang publik kepada negara-negara tetangga dan sekutunya. Melalui BRI, Cina juga berusaha mempengaruhi standar dan peraturan kerjasama di tingkat regional. Contohnya, mereka terlibat dalam inisiatif seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Kerja Sama Lancang-Mekong (Lancang-Mekong Cooperation/LMC) (Cai,P. 2017). Dengan melakukan ini, Cina ingin memperkuat hubungannya dengan negara-negara di sekitarnya dan memainkan peran yang lebih besar dalam pembentukan aturan dan kebijakan regional (Aturan main).
Cina ingin menunjukkan kekuatan dan pengaruh globalnya (Hegemoni) yang semakin bertambah dengan cara yang berbeda dengan kekuatan Barat melalui Inisiatif Belt and Road Initiative (BRI). Mereka ingin memberikan contoh model pembangunan dan kerjasama yang berbeda dari apa yang biasa dilakukan oleh negara-negara Barat. Melalui BRI, Cina ingin menyuarakan nilai-nilai dan idenya di kancah internasional. Mereka mendukung gagasan tentang "komunitas masa depan bersama bagi umat manusia" (Community of shared future for mankind) dan memegang teguh prinsip "tidak campur tangan" (non-interference) dalam urusan dalam negeri negara lain. Dengan demikian, Cina berusaha untuk memainkan peran yang lebih besar dalam ranah politik global dan memimpin arah pembangunan dunia yang lebih sesuai dengan visi dan kepentingannya.
BRI tidak hanya tentang uang dan pembangunan, tetapi juga tentang politik. Proyek ini memengaruhi cara negara-negara berinteraksi satu sama lain dan hubungan mereka dengan Cina. Dengan kata lain, BRI memiliki dampak besar secara ekonomi dan politik di seluruh dunia.
Belt and Road Initiative (BRI) adalah bukti nyata bahwa Cina sedang naik daun sebagai pemain besar di panggung global. Ini menunjukkan keinginan mereka untuk membentuk dunia sesuai dengan visi dan tujuan mereka sendiri. Dengan memimpin BRI, Cina ingin mengembangkan ekonominya, memperluas perdagangan, dan menegaskan peran pentingnya di panggung dunia. Selain itu, BRI memberikan platform bagi Cina untuk menunjukkan rencana pengembangannya dan menggunakan kekuatan daya tarik budaya dan politiknya, terutama untuk bersaing dengan Amerika Serikat. Melalui BRI, Cina tidak hanya ingin memperluas pengaruhnya, tetapi juga ingin menjadi “Arsitek” utama dalam membentuk dunia saat ini.
Belt and Road Initiative (BRI) muncul sebagai respons Cina terhadap tantangan dan peluang ekonomi di dalam negeri (Domestik). Artinya, BRI adalah cara bagi Cina untuk menangani masalah di dalam negeri sendiri seperti kelebihan produksi, tabungan berlebih, dan membuat hutang dengan mengirimkan investasi (China Debt Trap), teknologi, dan mengirim tenaga kerja ke luar negeri. Selain itu, BRI membantu Cina untuk mendiversifikasi pasar, sumber energi, dan rantai pasokannya (SDA), yang pada gilirannya memperkuat stabilitas ekonomi dan daya saingnya. Melalui BRI, Cina tidak hanya mencoba untuk menangani masalah ekonomi dalam negeri, tetapi juga mencari cara baru untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan di dalam dunia yang semakin terhubung secara global (Globalisasi).
Belt and Road Initiative (BRI) adalah upaya yang melibatkan banyak pihak dan memiliki banyak aspek yang dinamis. Ini ditandai dengan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah China, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, pemerintah daerah, INGO dan badan-badan internasional lainnya. BRI bukanlah rencana yang terpusat dan terkoordinasi dengan rapi, tetapi lebih seperti kumpulan proyek yang beragam dan fleksibel. Tata kelola BRI melibatkan banyak lembaga dan mekanisme, termasuk Bank Investasi Infrastruktur Asia, Dana Jalan Sutra, Forum Sabuk dan Jalan, serta sejumlah perjanjian bilateral dan multilateral (Cai,P. 2017). Dengan banyaknya pihak-pihak yang terlibat, BRI menjadi lebih kompleks dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Ini mencerminkan sifatnya sebagai inisiatif global yang terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan yang ada.
Belt and Road Initiative (BRI) memiliki dampak yang sangat besar bagi negara dan wilayah yang terlibat di dalamnya. Meskipun BRI membawa peluang seperti peningkatan infrastruktur, perdagangan, investasi, dan kerja sama untuk pembangunan dan konektivitas, namun juga membawa risiko dan tantangan. Beberapa risiko tersebut meliputi dampak negatif terhadap lingkungan, peningkatan hutang (China Debt Trap), kurangnya transparansi, kompleksitas tata kelola, pertimbangan hak asasi manusia, serta resiko yang besar bagi negara dan wilayah yang terlibat. Penting untuk memahami bahwa sambil mengejar keuntungan, BRI juga menghadapi tantangan serius yang perlu diatasi dengan bijak agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak yang terlibat (Sheng, E. L. 2023).