Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaya, Budaya atau Kapitalisasi Perempuan Indonesia?

4 Juli 2022   22:38 Diperbarui: 4 Juli 2022   23:32 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Dan selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), para tawanan perang perempuan Indonesia yang berpendidikan memilih untuk mengenakan kain dan kebaya daripada pakaian barat yang dialokasikan untuk mereka sebagai pakaian penjara. Bahkan lebih jauh lagi kebaya seringkali diidentikkan dengan gerakan emansipasi karena RA Kartini sering memakainya. Kesimpulannya, kebaya lebih ke arah politik kebebasan dan nasionalisme. Pemahaman yang sebenarnya menjadi racun bagi perempuan. Karena sekali lagi, malah menghilangkan identitasnya sebagai seorang Muslimah.

Islam Memuliakan Perempuan

Dalam Islam, cara berpakaian seorang wanita sangat berkaitan dengan akidah. Sebab terkait adanya perintah dan larangan. Jika pakaian itu mengandung hadlarah ( peradaban ) Barat bahkan identik dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan syariat seperti nasionalisme dan emansipasi tentulah haram dikenakan. Sebagus apapun bentuk pakaiannya sebagai seorang mukmin yang standar perbuatannya adalah halal dan haram tentu tidak begitu saja dikenakan. 

Islam sudah sedemikian detil mengatur cara berpakaian perempuan baik ketika di ranah khusus, di dalam rumah bersama mahrom atau walinya dan ketika diluar rumah. 

Jika di dalam ranah khusus, kebaya tidak masalah dipakai, sebab tidak ada syariat khusus yang mengatur ketika perempuan di dalam rumahnya dengan keluarga, mahrom atau walinya. Namun berbeda jika berada di luar, maka ia wajib terikat dengan ketentuan syariat. Tidak ada pilihan lain, ketaatan kepada aturan ini adalah bernilai ibadah yang akan mendatangkan kebaikan dunia akhirat. 

Berpakaianpun bukan kemudian untuk diakui oleh dunia, bagian dari budaya, sebab pakaian adalah bicara menutup aurat bukan komoditas. Namun di sistem kapitalis liberalis hari ini pakaian bergeser dari fungsi asalnya, bahkan menjadi ajang memperoleh materi, baik uang, pengakuan, ketenaran maupun yang lain. 

Kaum Muslimah akhirnya juga terdorong ke arah itu dengan kemudian memadupadankan kebaya agar tetap terlihat syar'i. Padahal secara bahan, model maupun potongan samasekali tak mendekati syar'i , kemudian dikenakan di ranah umum yang jelas-jelas bukan itu yang dikehendaki Allah dengan perintahNya. 

Allah SWT memerintahkan dalam QS An Nur:31 yang artinya: "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung". 

Demikian juga Allah SWT berfirman dalam QS al-Ahzab :59 yang artinya: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Jelas disini, dengan pengaturan yang sedemikian teliti Allah SWT benar-benar menjadikan perempuan mulia. Rasulullah Saw bersabda, "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah." (HR: Muslim). Sebagaimana pria, perempuan juga memiliki hak kewajiban yang sama sebagai hamba Allah SWT. Maka, ketaatan perempuan tidak dinilai setengah dari pria. Dengan fitrah masing-masing Allah SWT menjadikan keseimbangan kehidupan. 

Sedangkan kapitalis liberal ingin mengajak kepada kerusakan, mengapa harus bersusah payah ingin diakui UNESCO, sedangkan organisasi ini adalah bentukan kafir yang benci dengan Islam. Apalagi menjadikan setiap pengakuan mereka sebagai standar perbuatan jelas perbuatan dosa. Perempuan mulia dan berharga hanya jika menggunakan kebaya, adalah pemikiran yang menyesatkan. Sebab hal yang demikian hanyalah perhiasan dunia yang kelak membawa pada kehinaan di akhirat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun