Pagi yang cerah, udara sejuk, kami sudah membelah jalanan menuju kota Kediri. Waktu sudah menunjukkan pukul 05.55, tujuan kami masjid yang belum terlalu banyak jamaah di dalamnya.Â
Akhirnya berhenti di sebuah sekolah SD yang sekaligus ada masjid yang sesuai dengan gambaran kami. Alhamdulillah, masih bisa duduk di shaf kedua dari depan.Â
Orang-orang di sekeliling kami tak kami kenal, tapi terasa nyaman, ya..kami saudara seakidah. Senang rasanya pagi ini bisa bergabung, meski kami sedang safar. Khutbah imam shalat tak kalah menarik, beliau mengingatkan bahwa bulan perjuangan yang sebenarnya adalah setelah Ramadan.Â
Saat tak lagi tersuasanakan tadarus bersama, menahan hawa nafsu, shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya. Pada hakikatnya di dunia ini kita adalah musafir. Berjalan dari satu ujian ke ujian yang lain. Masihkah bertahan dengan bekal ketakwaan Ramadan? Atau menyerah dengan kesibukan dunia yang melenakan?Â
Beliau kemudian memberi contoh beberapa anak muda yang ketika Ramadan rajin beribadah, seluruh waktunya totalitas untuk membaca Alquran, mengikuti majelis taklim, shalat tarawih, iktikaf, bahkan shalat malam tak pernah jeda, namun sayang, begitu Ramadan berakhir, dengan alasan halal bihalal, menggelar acara yang lebih mengarah pada foya-foya, hura-hura dan mubazir.Â
Laki perempuan bercampur, hilang sudah ketakwaan selama Ramadan, kembali kepada tabiat asal. Lantas, untuk apa lapar dan dahaga selama sebulan?Â
Sungguh sayang disayang, dunia yang menggunakan topeng bergincu sukses merenggut kemuliaan manusia yang mampu menundukkan nafsu, dibandingkan makluk lain yang diciptakan Allah, malaikat pun iri karena mereka sudah tercipta untuk selalu taat. Namun, sekali lagi, sang musafir kalah sebelum sampai ke tujuan.Â
Oase dunia melibas indahnya Jannah. Sejatinya, Ramadan hanyalah tempat berbekal, untuk ujian yang sesungguhnya, yaitu sebelas bulan sesudahnya hingga bisa bertemu lagi dengan Ramadan tahun berikutnya, dengan izin Allah.Â
Inilah yang terberat dan inilah yang diminta Allah SWT dengan takwa yang sebenarnya takwa. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan muslim".( QS Ali Imran:102). Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna takwa dengan bersyukur jangan kufur, taat jangan maksiat.Â
JannahNya Allah benar-benar hanya menginginkan manusia pilihan yang tak menduakan Allah dan taat baik di saat sendiri maupun ramai. Siapkah kita, wahai para mufasir, mengubah pribadi menjadi lebih baik, spirit Ramadan terbawa sepanjang perjalanan menuju akhirat?
Hikmah khutbah hari ini , semakin menguatkan dan memberi Insight baru dalam menjalani Idul Fitri. Tak sekadar menyikapi hari ini sebagai hari raya semata, dimana kini semua yang di bulan Ramadan diharamkan menjadi halal, namun juga menata hati dan pikiran, Mulai membuat resolusi target mengubah apa yang hari ini tak maksimal menjadi lebih baik. Wallahu a' lam bish showab