Terutama jika yang sakit adalah orangtua, alangkah indahnya. Bukan artinya berbahagia di atas penderitaan orangtua kita, namun, Allah SWT sangat menyayangi kita dengan memberikan kita kesempatan untuk "ngalap berkah" dalam bahasa Jawa artinya mengharap berkah.Â
Uang mungkin kita ada, mengupah seseorang untuk merawat kini malah banyak penyedia jasanya. Namun, tak sebanding jika kita sendiri sebagai anaknya yang merawat.Â
Meskipun tak seperti saat kita kecil kesulitannya, namun, pancaran sinar keridaan di wajah orangtua itulah yang tak mungkin di dapatkan dengan cara lain, dan Allah SWT rida karenanya.Â
Penghuni surga adalah mereka yang amalnya diridhai Allah SWT. Artinya setiap iman dan amal shalih yang dijadikan sebagai landasan beraktifitas adalah syarat bagi siapa saja yang menginginkan surga.Â
Orangtua kitalah tempat tepat untuk mendapatkan kunci pintu surga itu. Tak ada gengsi atau kehinaan ketika kita merawat orangtua sakit, jika ada, inilah ekses atau akibat dari penerapan hukum sekuler atau memisahkan agama dari kehidupan.
Orangtua yang tak lagi bernilai ekonomis, karena sakit-sakitan seringkali dianggap beban. Banyak fakta berbicara bagaimana seorang ibu di buang anaknya di sebuah pertokoan, atau isi dari Panji Wreda atau panti jompo, dimana kebanyakan para lansia disama adalah sengaja diserahkan kepada pengurus panti. Sebab anaknya sibuk bekerja, kasih sayang mereka kepada orangtua digantikan uang.Â
Akankah kita mengikuti tuntunan sekulerisme dalam merawat orangtua? Padahal yang jelas jaminannya surga di akhirat kelak diabaikan. Apakah mereka tercipta oleh Tuhan yang lain? Wallahu a' lam bish showab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H