Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kalau Mau Masih Hidup...

20 Januari 2022   22:00 Diperbarui: 20 Januari 2022   22:38 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai penguasa, cobalah bijak, menunduk barang sekejap, lihat rakyat yang berdarah-darah, bukan rakyat di rumahmu, atau dilingkungan partai dan komunitasmu, bukan pula kafir-kafir yang terus menyanjungmu agar pelan tapi lambat fokusmu pada dunia mereka bukan sebagai tameng atau wali atau perintah bagi rakyatmu. 

Rasulullah pernah berdoa demikian, "Ya Allah, siapa saja yang memimpin (mengurus) urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia". (HR. Muslim No 1828). Bagaimana jika ini menimpamu? Manusia mulia suri teladan seluruh umat manusia, adalah sebaik-baiknya pemimpin, lembut kepada rakyatnya dan tegas kepada kaum kafir. 

Apapun dilakukan untuk kemaslahatan rakyat, saat beliau tergesa-gesa masuk kamar salah satu istrinya karena teringat dengan emas lantakan yang belum dibagikan, ketika beliau keliling pasar dan mengecam pedagang yang mencampur kurma basah dan kering, yang menawarkan kepada siapa saja yang berutang untuk datang kepada beliau, yang menjadikan dokter hadiah raja Persia sebagai dokternya rakyat. Mengganti tebusan bagi tawanan perang Badar dengan mengajari anak-anak di Madinah belajar menulis dan membaca. 

Semua fokus pada kebutuhan rakyat, hingga Khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah selanjutnya tetap fokus pada urusan rakyat, sebab mereka sadar konsekwensi keimanan yang harus mereka pertanggungjawaban di akhirat kelak. 

Bandingkan dengan hari ini, kebijakan yang tumpang tindih, jiwa melayaninya tergantikan oleh jiwa pebisnis, tak mau rugi, untuk urusan rakyat tetap saja dikenai tarif, akankah kita tak ada perubahan? Perubahan bisa dimulai dari kesadaran bahwa aturan hari inilah yang membuat penguasa tidak manusiawi, berkali-kali rakyat hanya menjadi tumbal. 

Dan menggantinya dengan pemikiran Islam shahih, terlebih negara ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Bukankah hal yang aneh jika ternyata faktanya banyak pula Muslim yang tidak punya gambaran mulianya hidup dalam naungan Syariah Islam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun