Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indeks Kebahagiaan Bak Hari Kebalikan

3 Januari 2022   11:00 Diperbarui: 3 Januari 2022   11:00 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Desain pribadi

Dengan kata lain, ketika seseorang mendapati persoalan maka dengan mudah mereka mendapatkan solusinya. Tentu dengan kedewasaan berpikir dan kemudahan fasilitas yang disediakan oleh negara misalnya ketika dia hendak memenuhi kebutuhannya. Lantas bagaimana dengan kasus bunuh diri yang semakin marak, tak di kota tak di desa, dari mulai persoalan tak lulus ujian, dimarah orang tua, sakit menahun, lama menganggur hingga percintaan bahkan sesepele kalah main game sudah membuat orang tak sayang nyawa sendiri. 

Dari persoalan receh hingga berat, ujungnya membuat seseorang mudah putus asa dan mengakhiri hidupnya. Dalam Islam jelas ini bukan persoalan sepele, satu nyawa terutama jika dia Muslim lebih berharga dari dunia dan seisinya. Terlebih bunuh diri adalah perbuatan haram, yang dilaknat Allah hingga di akhirat kelak. 

Hilangnya rasa takut kepada Allah dan hari akhir, menunjukkan betapa lemahnya akidah umat ini. Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam, mengapa pengharapannya kepada Allah mudah pudar? Allah mensifati sebagai umat terbaik, mungkinkan manusia lemah begitu saja? Tentu tidak jika negara mendukung dan memberikan pelayanan sepenuh hati. 

Beban rakyat bertumpuk-tumpuk belum terurai, sementara pejabatnya hanya memberikan janji kosong dan pelayanan asal-asalan. Semestinya tahun baru ini jadi ajang muhasabah, sudahkah ada perbaikan? Akankah tahun ini tetap Islam yang menjadi kambing hitam penderitaan rakyat?

Untuk dimensi kedua dan ketiga, yaitu perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia) ia mengikuti dimensi pertama. Jika kepuasaan hidup sudah tidak terwujud dalam kehidupan nyata yang tak masuk data, bisa ditebak dengan mudah pula bagaimana riilnya perasaan dan makna hidup. Hari ini yang ada adalah gaya hidup liberalisme yang mengagungkan kebebasan mutlak bagi setiap individu. Dan bukan berasal dari Islam, bahkan ide ini tertolak. 

Perasaan yang bebas tanpa batas, justru menimbulkan sikap egoisme yang tinggi, bertentangan dengan Islam yang memerintahkan dakwah, saling menasehati dalam kebenaran, sehingga perasaan yang muncul dari sebuah kasus akan sama, cara memikirkan solusinya pun sama. 

Jika perasaan yang muncul sudah bukan berdasar akidah Islam, otomatis akan berpengaruh dalam memaknai hidup. Elu elu gua gua, agama urusan gua, mabok zina urusan elu, jangan sok nasehatin orang, belajar agama biasa-biasa aja, sok suci lo, emang yakin elu masuk surga dan sebagainya adalah kumpulan kalimat yang melagisasi egoisnya seseorang dari pengaturan agama. 

Maka, halal haram tak lagi dipusingkan, yang penting bahagia. Bahagia yang semu, sebab hanya bisa dirasakan sesaat, begitu ada guncangan kesulitan yang lebih besar patah lagi. Bisa dibayangkan keluarga yang bagaimana yang diambil datanya ini? Sebab hampir semua pasangan dan keluarga hari ini menjadi korban dari sistem kapitalisme dan liberalisme. 

Suasana keimanan hampir-hampir tak ada, padahal pondasi keluarga yang baik hanyalah iman. Tak kurang keluarga yang kaya raya, segala bisa dibeli tapi tak bahagia bahkan menjadi sarang depresi. Demikian yang tak kaya, tak kalah sulit, jika mereka melakukan kriminal karena lapar, hukum sudah tajam mengoyak jantungnya. 

Allah berfirman yang artinya,"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)

Hanya dengan Islam, kebahagiaan itu terwujud. Tak perlu lagi indeks Kebahagiaan dengan sample random, sebab setiap individu dijamin kebahagiaannya oleh negara. Dari kebutuhan ekonomi, pendidikan, keamanan, kesehatan, sandang, pangan dan papan. Bukan bak hari kebalikan sebagaimana di kota Bikini Bottom, dimana Spons Bob melakukan hari kebalikan. Mengingkari kebenaran dengan kebodohan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun